”Ujungnya adalah desa-desa di Jawa Barat harus maju dan inilah (program Patriot Desa) contoh lahirnya anak-anak muda yang patriot,” ujar Emil.
Terpisah, Tri Mumpuni Wiyatno sebagai mentor dalam program Patriot Desa menuturkan, tidak ada desa yang benar-benar miskin atau tertinggal di Jabar. Menurutnya, yang ada adalah desa kurang yang ekonominya kurang bergerak karena masyarakatnya belum mampu mengelola sumber daya di desa tersebut.
Tri menambahkan, 110 Patriot Desa yang dibekali kompetensi keteknisan, kompetensi kejuangan, kompetensi pembangunan berbasis masyarakat, serta kompetensi keikhlasan ini diharapkan mampu menjadi motor penggerak majunya desa di Jabar.
”Mereka dikirim ke desa, beradaptasi, dan membaur dengan masyarakat desa. Pegang integritas, kompetensi kecerdasan, dan energi untuk membangun. Saya sebagai orang tua ideologis kalian berharap penuh pada kalian,” ujar Tri kepada para patriot.
Salah satu peserta Patriot Desa, Tatu Muzayyanah, mengatakan bahwa mengikuti program Patriot Desa memberi pengalaman berharga baginya. Tatu pun termotivasi menjadi individu yang bermanfaat bagi sesama.
”Saya ucapkan terima kasih kepada Gubernur Jabar. Lewat Patriot Desa, hari ini kami akan memulai babak baru keluar dari zona nyaman, menanggalkan seluruh fasilitas menuju jalan sunyi. Mencoba membangun desa sesuai kebutuhan warganya. Sehingga Desa akan kembali menjadi ladang tempat menaruh harapan tentang kemajuan bangsa,” jelas Tatu.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Dedi Supandi sementara itu mengatakan, ke 110 Patriot Desa ini telah dibekali pelatihan pada 15 Oktober hingga 28 November 2019.
Untuk tahap awal ini, para Patriot Desa akan diterjunkan ke 50 desa di 10 daerah dan 34 kecamatan di Jabar. Sebanyak 50 desa penugasan terpilih merupakan bagian dari 746 desa di Jabar yang belum menjalankan program OVOC.
Terkait OVOC, Dedi menambahkan bahwa sejak diluncurkan hingga saat ini program tersebut sudah melahirkan 596 BUMDes yang aktif kembali serta membentuk 272 BUMDes baru. ”Dengan memanfaatkan potensi desa, maka akan tersalurkan progres ekonomi. Karena tidak ada kemiskinan di desa, yang ada adalah kurangnya pemanfaatan potensi,” tandasnya. (bbs/rie)