Pihak Semen Tonasa merespon dengan nyata: tidak lagi mengambil bahan baku dari dekat Gua Leang itu. Tonasa menjadikan kawasan tersebut sebagai cagar budaya. Seluas sekitar 3 km persegi.
Adalah ahli dari Griffith University, Australia, yang memastikan nilai ilmiah lukisan di gua itu.
Dua tahun lalu ahli-ahli dari Griffith melakukan penelitian di Leang. Lalu datang lagi membawa peralatan –berupa ditektor. Itulah ditektor nuklir.
Dari situ dipastikan lukisan di Gua Leang itu paling tidak berumur 44.000 tahun.
“Saya sudah meneliti ratusan gua seperti itu. Belum pernah ada yang seperti ini,” ujar Adam Brumm ahli dari Griffith University.
Brumm mengadakan konferensi pers untuk penemuannya yang begitu sexy. Di Kemendiknas Jakarta. Dalam konferensi pers itu Brumm juga mengundang ahli dari Unhas seperti Iwan Sumantri.
Jurnal ilmiah Nature kemudian mempublikasikannya minggu lalu. Dunia arkeologi pun heboh.
Saya pun menghubungi ahli nuklir Universitas Gadjah Mada. Saya ingin tahu bagaimana nuklir dipakai untuk mengukur umur sebuah lukisan. Atau umur apa pun.
“Sudah ada detektor untuk mengukur kandungan C14 di sebuah benda,” ujar Dr Yudiutomo Imardjoko, ahli nuklir UGM. “Detektor bisa membaca: di barang itu masih mengandung C14 berapa Ci,” tambahnya.
Dr Yudiutomo sekarang menjabat Direktur Utama PT Ensterna –sebuah perusahaan irradiasi– yang kami dirikan bersama.
Menurut Yudiu –begitu kami biasa memanggilnya– metode itu ditemukan Prof Willard Libby. Prof Libby adalah peraih hadiah Nobel bidang kimia tahun 1960.
Radiocarbon (14C) itu, katanya, adalah hasil interaksi antara sinar kosmis dan nitrogen. Radiocarbon itu lantas bergabung dengan oksigen di atmosfir. Terbentuklah carbon dioksida radioaktif. Yang digunakan tumbuhan untuk fotosintesis.
Sejak sebuah pohon atau hewan mati interaksi itu berakhir. Demikian pula sejak lukisan itu selesai dibuat. “Kandungan 14C-nya terus menurun. Berapa sisa kandungan 14C di situ menentukan sudah berapa lama tumbuhan itu mati,” ujar Dr. Yudiu.
Saya pun minta tolong wartawan harian Fajar di Pangkep, Sakina. Yang harus langsung naik motor. Harus ke Gua Leang. Untuk memotretnya. Demi DI’s Way.