“The unseen enemy is always the most fearsome [Musuh yang tidak terlihat selalu menjadi yang paling ditakuti],” tulis George RR Marin dalam Clash of Kings, novel lanjutan dari A Game of Thrones.
JAKARTA – Layaknya makhluk halus, salah satu musuh tidak terlihat di seluruh negara adalah resesi. Resesi sendiri berarti kontraksi dalam siklus bisnis di mana terjadi penurunan tajam pada aktivitas ekonomi yang berdampak sangat luas, terutama yang terlihat dari kontraksi pertumbuhan ekonomi hingga minus dalam dua kuartal berturut-turut.
Faktor lain yang dapat menjadi indikator resesi adalah kenaikan harga barang (inflasi), inversi tingkat imbal hasil (yield), penciptaan tenaga kerja, manufaktur, kualitas laba perusahaan, dan pasar perumahan. Tiga faktor lain adalah produksi industri, pendapatan masyarakat, dan perdagangan ritel.
Dari sisi pertumbuhan ekonomi saja, saat ini dunia sedang digegerkan ancaman resesi yang sekarang sudah membayangi beberapa negara, yaitu Jerman, Argentina, Hong Kong, dan Inggris Raya yang mengalami pertumbuhan ekonomi negatif secara antar kuartalan (QoQ) pada kuartal II-2019.
Negara yang lolos dari jebakan resesi karena pertumbuhan ekonominya masih meningkat selepas mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif pada kuartal I-2019 atau tidak tumbuh pada kuartal II-2019 adalah Italia, Meksiko, Brasil, dan Singapura.
Semakin kentaranya ancaman resesi dunia ditunjukkan oleh prediksi Lembaga Moneter Internasional (IMF) pada pekan lalu yang menyampaikan hitungannya bahwa pertumbuhan ekonomi dunia dapat melambat menjadi 3%, turun dari prediksi sebelumnya 3,2%.
Dikhawatirkan, jika tiga negara ekonomi maju yang tersisa tersebut terpapar resesi, maka bukan tidak mungkin pertumbuhan bisnis di Indonesia akan terganggu juga.