Bantah Jabar Intoleran

BANDUNG – Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum tdak setuju dengan hasil survei SETARA Institute yang menyebut Jawa Barat sebagai daerah paling intoleran. Dari 10 provinsi, ada 629 peristiwa intoleransi yang disebut paling tinggi dan terjadi di Jawa Barat.

Uu menyatakan, mayoritas masyarakat di Jawa Barat adalah pemeluk agama Islam, di mana sejumlah daerah Islamnya sangat kental dan religius. Ketika masyarakat di suatu daerah semakin religius, mereka dinilai akan mampu menghargai berbagai perbedaan.

“Justru masyarakat yang religius adalah memahami dan melaksanakan agama. Dalam agama kita diajarkan terkait toleransi,” ujar Uu kepada wartawan di Bandung, Selasa (26/11).

Selama menjabat Bupati Tasikmalaya dan sekarang Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu belum pernah mendengar adanya perundungan dari masyarakat muslim terhadap etnis tertentu. Selain itu, warga non-muslim di Jawa Barat pun selama ini tidak ada yang mengadukan adanya persekusi.

“Misal non-muslim dikafir-kafirkan dan dicemoohkan, kayaknya tidak ada,” ujar Uu.

Meski demikian, Uu mengakui jika anggapan Jawa Barat sebagai daerah intoleran telah ada sejak lama, namun tidak pernah terbukti. Bahkan, saat dirinya menjabat Bupati Tasikmalaya pun sempat tiga kali didatangi Komnas HAM untuk mengklarifikasi anggapan tersebut.

Maka dari itu, Uu merasa heran dengan hasil survei SETARA Institut yang menyebut Jawa Barat paling intoleran. Terlebih, dalam beberapa tahun ke belakang terdapat sejumlah provinsi yang justru diberitakan media massa karena banyak kejadian yang mencerminkan intoleransi.

“Kalau dilihat provinsi lain ada beberapa kejadian di dalam berita, apakah terjadi gak di Jabar? Kan tidak ada. Makanya ini heran, di sini tidak ada tapi kenapa kami yang paling tinggi,” papar Uu.

Sementara itu, menanggapi hasil riset SETARA Institut, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat, Rahmat Syafi’i menyebut bahwa hasil survei tersebut merupakan lagu lama yang terus digulirkan.

“Iya itukan Intoleran pernyataan dari dulu, lagu lama,” kata Rahmat saat dihubungi, Selasa (26/11).

Kendati demikian, dia mempertanyakan asal muasal data yang menunjukan Jawa Barat sebagai daerah tertinggi intoleransi di Indonesia. Karena, lanjut Rahmat, datanya dari dulu hingga sekarang masih belum bisa dibuktikan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan