Kurang Diminati Masyarakat, Mesin Parkir Banyak Terbengkalai

BANDUNG– Keberadaan mesin parkir elektronik di Kota Bandung hingga saat ini banyak yang terbengkalai. Untuk diketahui, mesin parkir tersebut resmi diluncurkan sejak Agustus 2017 lalu. Namun, hingga ini penggunaannya tidak berjalan optimal.

Mesin parkir elektronik yang tidak berfungsi salah satunya berada di Jalan Lengkong Kecil, Kota Bandung. Dari 10 mesin parkir yang ditelusuri hanya 2 mesin parkir yang bisa berfungsi.

Salah seorang Juru Parkir, di Jalan Lengkong Kecil, Ali Shaili,40, mengatakan, keberadaan mesin parkir dinilai tidak optimal. Masyarakat lebih cenderung membayar ke tukar parkir secara cash ketimbang menggunakan mesin tersebut.

“Masyarakat kebanyakan bayar cash ke tukang parkir, mungkin ingin simple juga. Bagusnya sih tetap bayarnya uang cash, tapi nanti petugas parkir ini langsung setor ke pihak Dishub sambil menagih setiap harinya,” kata Ali ditemui di lokasi, Jumat (22/11).

Ali menyebutkan, mesin parkir di Jalan Lengkong Kecil ini sudah tiga bulan tidak berfungsi. Sehingga hanya menjadi pajangan yang ada di sekitar dekat bahu jalan.

“Sempat diperbaiki oleh dishub tetapi sama saja, rusak lagi. Menurut saya mesinnya tidak optimal. Mubazir juga karena tidak bisa digunakan,” katanya.

Sementara itu, Yuki Setiawan,36, pengemudi bus pariwisata, mengatakan, dirinya lebih sering membayar kepada juru parkir ketimbang harus menggunakan mesin parkir tersebut.

“Sebenarnya tahu ada mesin parkir, tapi lebih mudah kalau bayar ke jukir. Lebih simpel juga dan kita tidak harus turun seperti saat membayar ke mesin parkir,” katanya.

Saat dikonfirmasi Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perparkiran pada Dishub Kota Bandung, Nasrul Hasani menjelaskan, untuk mesin parkir ini dalam tahap evaluasi dan akan melakukan relokasi untuk mengoptimalkan mesin parkir elektronik ini.

“Rencana di tahun 2020 itu, kita sudah mulai sebenarnya, di antaranya relokasi mesin-mesin yang kurang potensial, dan perawatan akan dilakukan. Kendala saat ini di lapangan soal baterai sudah mulai lemah, yang seharusnya bisa dua minggu tiga minggu, sekarang hanya tiga hari empat hari,” katanya.

Nasrul menargetkan, hingga akhir tahun 2019 pendapatan dari parkir ini bisa tercapai diangka Rp 10,4 miliar. “Mesin parkir nanti akan kami relokasi ke lokasi atau titik yang potensial, karena di beberapa titik kadang berubah, awalnya ramai beberapa bulan kemudian sepi,” paparnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan