Kelebihan itulah yang akan dipakai membayar tagihan. Lama-lama utang itu bisa lunas.
Kalau motifnya menguasai tentu lain lagi. Tapi untuk apa?
Yang jelas Sriwijaya setuju kerjasama itu. Manajemen Sriwijaya diserahkan ke Garuda.
Orang-orang Garuda ditempatkan di Sriwijaya. Bahkan sampai tingkat direktur utama.
Sampai di sini kelihatannya Sriwijaya sudah pasrah. Mungkin juga ditekan oleh banyak pihak. Yang sama-sama punya tagihan ke Sriwijaya. Yang nilainya juga ratusan miliar.
Misalnya Pertamina. Konon Sriwijaya punya utang bahan bakar sampai Rp 800 miliar. Padahal Pertamina bukan perusahaan pemula. Meski direksinya selalu pemula.
Ke Angkasa Pura juga punya tagihan besar –sewa bandara. Ke Bank BNI juga punya tagihan besar: kredit bank.
Mereka tentu senang kalau manajemen Sriwijaya di tangan Garuda. Ada harapan tagihan itu bisa dibayar – -pelan-pelan.
Garuda pun kelihatan asyik mengelola Sriwijaya. Lewat anak usahanya: Citilink.
Dalam langkah sehari-harinya kemudian terasa: Sriwijaya sudsh seperti menjadi grup Garuda. Sudah seperti anak perusahaan Garuda.
Logo Garuda pun sudah dipasang di Sriwijaya. Mungkin untuk meningkatkan kepercayaan. Agar Sriwijaya kian disenangi. Hasilnya kian banyak. Utangnya kian cepat lunas.
Mulailah ada yang mempersoalkan: KPPU. Pengawas persaingan usaha itu menilai Garuda melanggar. Dianggap melakukan monopoli –menguasai lebih 50 persen pangsa pasar.
Tentu ada yang mengadukannya. Siapa?
Di perantauan begini membuat saya tidak segera tahu siapa.
Garuda beralasan angka itu salah. Sriwijaya bukanlah grupnya.
KPPU menganggap Sriwijaya sudah grup Garuda. Buktinya, banyak pejabat Garuda yang merangkap menjadi pejabat Sriwijaya.
Rupanya Garuda lupa memberhentikan orang-orangnya yang ditugaskan ke Sriwijaya. Atau karena asyik tadi. Pun mungkin tidak menyangka terkena aturan itu.
Yang saya juga tidak tahu adalah ini: mengapa tiba-tiba Dewan Komisaris Sriwijaya memberhentikan direksi yang berasal dari Garuda.
Mereka adalah Direktur Utama Sriwijaya Air Joseph Adrian Saul, Direktur Human Capital Harkandri M Dahler, dan Direktur Komersial Joseph K Tendean.
Siapa Dewan Komisaris itu?
Mereka adalah orang-orangnya pemegang saham. Tentu orangnya Chandra Lie, pemilik Sriwijaya. Tokoh bisnis dari Bangka. Chandra adalah raja timah swasta di sana.