Pidato itu begitu sering diselingi ekspresi tubuh dan wajah. Yakni saat Bu Mega lagi menyelingi pidatonya tanpa teks. Begitu ekspresif. Ekspresi merengut. Ekspresi mencep –yang menjadi ciri khasnya. Ekspresi kegembiraan. Kadang tertawa sampai terpingkal. Ekspresi memukul. Ekspresi menghindari pukulan. Sampai terlihat, satu kali, badannya kiprah –mirip ekspresi pak Prabowo saat debat capres dulu– jingkrak kecil menggambarkan gerak terlalu lega –setelah mengucapkan satu kalimat yang bernada telak.
Saya ingin ada pembaca yang meng ‘up load’ foto Bu Mega lagi mencep –agar tidak perlu menjelaskan apa arti mencep dalam bahasa Indonesia.
Selesai melihat YouTube itu saya berimajinasi. Membayangkan dari jauh: alangkah serunya perpolitikan di dalam negeri saat ini. Alangkah berdentingnya pertandingan antara baja dan titanium itu.
Karena itu sebenarnya tetap saja lebih baik saya tidak menuliskan ini. Agar tidak terkena serpihan baja itu. (Dahlan Iskan)