Dalam pelatihan dan pendidikan ini, para Kades terbagi ke dalam tiga kelompok, yakni pertanian, pariwisata dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Selain memberikan pendidikan dan pelatihan tata kelola Pemdes, jelas Dedi, dalam kesempatan ini pihaknya ingin menguatkan visi misi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum di tingkat desa.
“Kan ada beberapa program prirotas pak gubernur yang menyangkut tentang desa, itu juga harus diketahui,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Dedi juga membahas soal ketimpangan angka kemiskinan dan digital antara pedesaan dan perkotaan di Jawa Barat.
“Jabar ini masih ada masalah. Pertama, angka kemiskinan desa dengan kota itu timpang. Di desa mencapai 10,7 persen di kota hanya mencapai (sekitar) 6 persen. Artinya sangat timpang,” ungkap Dedi.
Kemudian, bebernya, ketimpangan selanjutnya terlihat pada angka digital antara desa dengan kota di Jawa Barat. Ketimpangan angka digital itu membuat posisi Jawa Barat hanya menempati urutan 11 di antara 33 provinsi se-Indonesia, di bawah D.I Yogyakarta, DKI Jakarta dan Kalimantan.
Dedi menjelaskan, ketimpangan itu bisa terjadi di Jawa Barat dikarenakan jarak dan potensi antara kota besar dengan desa sangat dekat, yang menyebabkan terjadinya urbanisasi dari desa ke kota.
“Nah ini telah menimbulkan ketimpangan-ketimpangan sehingga ada arus urbanisasi juga muncul,” ucapnya. (mg5/yan)