BANDUNG – Hingga kemarin siang (18/6) Ombudsman sudah mendapatkan 24 laporan terkait Pelaksanaan Penerimaan Siswa Baru (PPDB) di Jawa Barat
Ketua Ombudman Perwakilan Jawa Barat, Haneda Sri Lastoto menuturkan adanya aduan jual beli Kartu Keluarga (KK) sudah diterima sekitar satu atau dua minggu lalu
“Sebenarnya sudah menerima laporan, ada warga melaporkan pada kami bahwa praktek jual beli KK sudah terjadi. Dan harganya hingga 11 juta” tuturnya di Kantor Ombudsman Jln. Kebon Waru (18/6)
Haneda menuturkan, memang mahal karena ada 6 bulan dan satu tahun sehingga Koordinasi Disdukcapil Jawa Barat agar tidak berakibat kecolongan akibat praktek atau perilaku kecurangan. Sampai saat ini pelaku sulit untuk ditemukan.
“Pelaku praktik jual beli kursi susah ditemukan karena bersumber dari masyarakat sendiri. Ini menyulitkan ketika berbicara pelayanan publik yang berkualitas, ketika dari pemerintah pelayanan publik sudah maksimal sedangkan ada oknum masyarakat yangmelakPukam praktik kecurangan” tuturnya
Haneda mengatakan syarat untuk pendaftaran seharusnya memiliki standar pelayanan yang memudahkan warga. Tidak membuat satu sistem yang memberikan beban untuk masyarakat. Secara kelembagaan, Ombudsman menyarankan sistem yang memang bisa diterapkan. Karena ni bukan, mungkin Indonesia ketinggalan dengan sistem ini.
” Dari tahun sebelumnya, laporan kasus PPDB bersifat kategori laporan berulang, diantaranya cara terlapor, dan kasunya kebanyakan sama” tuturnya
Sementara itu, Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di hari kedua masih sama kondisinya dengan hari pertama.
Salah seorang orang tua siswa Rita Setiawati, 43, mengatakan, pihaknya sebetulnya sudah datang di hari pertama dengan nomer antrian 200 akan tetapi setelah menunggu sampai sore nomer antrian tersebut belum juga dipanggil. Sehingga, dilanjutkan pada keesokan harinya.
’’Cape juga sih menunggu dari pagi pas udah sore tau-taunya ditutup pendaftarannya, harusnya pihak panitia membatasi nomer antrian dulu jadi kita tahu perkiraannya,’’ucap Rita ketika ditemui ketika mendaftar di SMAN 19 Kota Bandung jalan Cikutra kemarin (18/6).
Lain halnya dengan Hilda, 40, dia memilih SMAN 3 sebagai pilihan pertama untuk anaknya melanjutkan sekolah, karena lokasinya dekat dengan rumahnya yakni di sekitar Cibabat, Kota Cimahi.