PANGALENGAN– Star Energy Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) geothermal Wayang Windu yang terletak di Perkebunan Kertamanah Desa Margamukti Pangalengan, yang sudah berkiprah lama dari tahun 2000 kini mengembangkan lahan seluas satu hektar untuk dikelola menjadi tempat wisata.
Hal ini disebutkan oleh Wakil Pengelola lahan, Agus, yang juga sebagai kepala RT 01 Kertamanah menuturkan sejak dari tahun 2018, lahan seluas satu hektar ini mulai dikelola menjadi destinasi wisata masyarakat, bukan sebagai potensi pemasukan anggaran wisata melainkan pemanfaatan agar lahan lebih terkelola dengan baik
“Dulu lahan ini tidak terawat, banyak berserakan sampah kemana-mana bahkan ada masyarakat sekitar yang main tidak terkontrol padahal disana ada batas yang tidak dibolehkan masuk karena uap panas bumi yang dikhawatirkan beracun” tuturnya di Star Energy PLTPB Wayang Windu (6/6)
Setelah ada izin dari pemilik Star Energy untuk memanfaatkan lahan menjadi destinasi wisata, inovasi mulai digerakan berkolaborasi dengan karang taruna Kertamanah untuk memberikan nilai estetika pada tempat wisata.
“Pengelola disini ada tujuh orang, kolaborasi karang taruna Keetamanah. Dari evaluasi selama satu tahun, peningkatan cukup signifikan setelah adanya pengelolaan, pengunjung mulai berdatangan untuk keperluan prawedding atau sekedar rekreasi keluarga” tuturnya
Agus menambahkan, tidak ada pungutan biaya tiket masuk untuk keluarga yang ingin rekreasi, hanya parkir dan itupun bersifat sukarela. Namun untuk keperluan prawedding ada biaya yang di kenakkan itupun masih bersifat seadanya
“Kami tidak memungut biaya masuk, hanya parkir 3000 itu hanya bersifat sukarela, jika ada yang tidak memiliki uang atau uangny kurang pun tidak apa-apa. Pun juga biaya prawedding yang kita tarif Rp. 250 ribu, jika anggaran mereka kurang dari itu tidak apa-apa” tuturnya
Agus menambahkan biaya yang didapatkan adalah untuk keperluan membangun fasilitas wisata, seperti bambu, kayu, genset, pembangunan spot foto dan persediaan hammock
Sementara itu, salah satu anggota pengelola tempat wisata, Ayo Maryono menambahkan meski bersifat sukarela, pengelolaan terbilang ketat. Dengan personel 7 orang ada pembagian tugas untuk memastikan keamanan.
“Disini ada 2 orang bertugas di parkiran, 2 orang memungut sampah, satu orang untuk keamanan pengunjung memeastikan tidak ada yang membawa minuman keras, dua orang di lokasi dan ada khusus untuk security menjaga batasan agar tidak masuk ke kawasan PLTPB” tuturnya