BANDUNG – Masyarakat Jawa Barat (Jabar) tidak perlu resah dengan beredarnya isu penyakit cacar monyet atau Monkeypox (MX) alias cacar monyet. Sebab, untuk wilayah Jabar sendiri saat ini belum ditemukan warga Jabar yang menderita penyakit itu.
Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, Berli Hamdani mengatakan, di Jabar sendiri belum ada informasi mengenai warga yang terjangkiti penyaklit cacar monyet. Namun, pihaknya tetap akan mewaspadai penyebarannya dengan melakukan antisipasi.
’’Direktorat Pencegahan dan Pengendalian pada Kementerian Kesehatan pun langsung sigap dengan mengeluarkan surat edaran tentang Kewaspadaan Importasi Penyakit (MX) tanggal 13 Mei 2019 lalu,’’kata Berli kepada wartawan Jumat. (17/5).
Dia menghimbau masyarakat untuk mewaspadai penyakit tersebut sesuai dengan imbauan dan surat edaran dari Kemenkes.
Walaupun sampai saat ini dan mudah-mudahan seterusnya tidak ada kasus terduga apalagi konfirmasi positif.
Berli memaparkan, gejala cacar monyet, yaitu seperti cacar biasa yang diiringi demam, nyeri otot, pusing, badan sakit, lalu muncul bintik-bintik yang memang berbeda dengan cacar biasa. Masa inkubasinya 6-21 hari setelah itu sembuh dengan sendirinya. Di mana pertama kali ditemukan di Afrika pada 1970.
Penularannya melalui hewan ke manusia. Misalnya terjadi kontak langsung dengan darah, cairan tubuh atau kotoran hewan yang terinfeksi, kebanyakan adalah hewan primata, pengerat dan beberapa anjing.
Berli menyampaikan pihaknya tetap meningkatkan kewaspadaan sesuai dengan imbuan dan surat edaran sekalipun hingga saat ini di Indonenasia, khususnya Jabar masih aman dari serangan virus tersebut. “Imbauannya sudah sampai ke setiap puskemas,” pungkas dia.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berharap tidak terjadi kepanikan berlebihan dalam menyikapi penyebaran penyakit yang berasal dari luar negeri. Tak terkecuali mengenai kemunculan cacar monyet di Singapura.
”Ya saya sudah instruksikan Kadis Kesehatan (Berli Hamdani) waspada yang namanya potensi penyakit impor dari luar ini jangan sampe menimbulkan kepanikan,” ujar Ridwan Kamil.
Langkah yang mesti ditempuh, menurut dia, yaitu mempelajarinya secara ilmiah mengenai penyakit tersebut. Selain itu, juga tetap menjalin koordinasi dengan tingkat pusat dalam hal ini Kemenkes RI.