Bilik kiri adalah bilik yang menerima darah yang sudah ‘dibersihkan’ dari paru-paru. Darah ‘bersih’ itu harus dipompa ke seluruh tubuh. Agar kita terus hidup. Pompa itu begitu kuat. Agar darah bisa sampai ke bagian terjauh dari jantung.
Pompa di bilik kanan tidak begitu kuat. Hanya memompa darah ‘kotor’ ke paru. Yang jaraknya dekat. Untuk ‘dibersihkan’ di paru.
Maka, ‘darah bersih’ – lah yang masuk ke bilik ‘darah kotor’. Darah ‘kotor’ tidak masuk ke bilik ‘darah bersih’ – – kalah tekanan itu tadi.
Tapi ada akibat lain: bilik kanan di jantung Ria membesar. Tidak kuat menerima tambahan darah. Pun tidak kuat menerima tambahan tekanan. Sebagian tekanan itu di transfer ke paru. Akibatnya fungsi paru terganggu.
Itulah yang membuat Ria sesak nafas. Lalu pingsan.
Penjelasan itu saya jelaskan ulang ke Ria. Dengan bahasa kampung saya. Ria juga kian tenang. Dia tahu sekarang: harus hemat oxygen. Tidak berjalan cepat, tidak naik tangga, tidak menjinjing sesuatu, tidak emosi dan tidak menggendong bayinya. Yang kini berumur tiga bulan.
Itulah yang harus dilakukan Ria. Sambil menunggu giliran dioperasi. Untuk menambal bocornya itu.
Sebenarnya Ria sudah lama tahu: jantungnya bocor. Sejak kelas 1 SD. Tapi tidak pernah dilakukan tindakan apa-apa. Toh masih bisa sekolah. Masih bisa bermain. Dan lagi dari mana biaya untuk operasi. Orang tuanya ikut orang tuanya. Yang menempati rumah orang tua saya. Yakni rumah saya waktu kecil dulu.
Memang saat kecil itu sesekali Ria pinsan. Saat ikut upacara bendera di sekolah. Tapi selalu saja sembuh sendiri. Kian lama kian jarang pinsan. Teman-temannya menganggap pingsannya Ria itu biasa. Nanti kan siuman sendiri.
Setelah kawin Ria tidak segera sukses punya anak. Selalu keguguran. Dia sudah lupa kalau punya problem jantung. Suaminya juga tidak tahu kalau ia mengawini gadis berjantung bocor.
Saat hamil ketiga Ria lebih hati-hari. Alhamdulillah. Sampai janin berumur 7 minggu tidak keguguran. Tapi kian besar janinnya kian sesak dadanya. Mulai pingsan-pinsan lagi.