Desa Mart jadi Solusi Penertiban Harga Sembako di Pelosok Daerah KBB

NGAMPRAH– Hadirnya Desa Mart diyakini bisa menjadi solusi penertiban harga sembako di pelosok daerah Kabupaten Bandung Barat. Seperti halnya di Kecamatan Rongga, harga kebutuhan masyarakat berbeda dengan harga di perkotaan, lantaran mahalnya jasa transportasi dengan jarak tempuh yang cukup jauh. Hal tersebut berdampak pada perbedaan harga pada umumnya.

Kabid Kerjasama dan Pengembangan Potensi Desa pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Bandung Barat, Deni Ahmad mengungkapkan, hadirnya Desa Mart bakal berdampak positif, baik bagi masyarakat maupun aparat desa untuk menghasilkan PADes (pendapatan asli desa). “Manfaatnya juga bisa menertibkan harga kebutuhan masyarakat. Di Rongga saja, contohnya harga gas elpiji 3 kg bisa mencapai Rp 40 ribu. Karena jarak tempuh jauh akibatnya transportasi mahal untuk mengirimkan barang ke warung,” kata Deni ditemui di kantornya, Kamis (14/3).

Deni menjelaskan, jika kebutuhan sembako tersebut dijual di Desa Mart maka harga akan sama seperti yang dijual di tempat pada umumnya. “Di Desa Mart harga akan sama tidak lagi mahal. Seperti harga-harga yang dijual di minimarket itu, semua sama dengan di perkotaan, sementara di warung lebih mahal. Makanya, nanti warung juga akan diajak kerja sama dengan Desa Mart untuk menjual segala kebutuhan masyarakat dengan harga terjangkau. Termasuk menjual produk UMKM, itu salah satu manfaatnya,” terangnya.

Deni menambahkan, untuk di wilayah Rongga yang memiliki 7 desa sepakat dan antusias menyambut program Desa Mart ini. Sebab, selain memberikan roda ekonomi yang baik, juga memudahkan masyarakat mendapatkan segala kebutuhan pokok dengan jarak yang lebih dekat dan murah. “Sejauh ini sambutannya positif untuk di Rongga termasuk harapannya di kecamatan lainnya juga. Karena memang sangat dibutuhkan hadirnya Desa Mart dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Soal titik lahan akan dilakukan survei dari Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) agar memenuhi standar aturan bisnis ritel dan strategis,” katanya.

Jika dihitung, kata dia, bisnis ritel ini akan memberikan pendapatan bagi desa cukup tinggi. Rata-rata penghasilan bersih minimarket di wilayah Rongga bisa mencapai Rp 5 juta/hari. Bila dikalikan 30 hari bisa mencapai Rp 150 juta. “Rp 5 juta itu omset bersih sisa gaji pegawai dan lain-lain, itu pakta dari omset minimarket yang ada di Rongga. Ini jadi kesempatan bagi desa untuk mendapatkan keuntungan yang ujung-ujungnya bisa menambah kesejahteraan gaji aparat desa hingga ke tingkat RT/RW. Karena ini bisnis bukan mengandalkan dari anggaran pemerintah,” katanya seraya menyebutkan untuk dana awal dalam mendirikan Desa Mart ditaksir bisa mencapai angka Rp 300 juta.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan