Dikunjungi Parlemen Eropa hingga AS

Masjid akhirnya dibuka 24 jam karena semangat berinfak ini. Sebab, beberapa pemilik rumah makan, warung, bengkel, setelah tempat mereka tutup tengah malam, sebagian keuntungannya hari itu langsung mereka potong kemudian dibawa ke Masjid Jogokarian sebagai infak.

Saat ini takmir masjid hanya menyiapkan kotak infak yang besar, dengan lobang yang besar, sehingga yang ingin berinfak sejuta, lima juta rupiah langsung saja dimasukkan ke kotak.

Saat ini menerima segepok dan sekantong uang di dalam kotak infak sudah menjadi hal biasa bagi takmir masjid ini. Kotak infaknya juga ada yang diletakkan di pinggir jalan.

Saldo yang mengalir ini lantas diapakan? Merenovasi masjid? Bukan. Dihabiskan. Dinolrupiahkan. Dimanfaatkan untuk masyarakat. Membantu usaha, membantu pendidikan, kesehatan, bahkan barang yang hilang selama berada di masjid, semua diganti sesuai barang yang hilang.

Motor hilang diganti motor, misalnya. Yang mau menikah, tidak punya uang, dibantu. Bahkan ada yang diberi beasiswa, kuliah S3 di Jepang. Tentu dengan syarat-syarat tertentu.

Saat ini para takmir masjid yang tidak mau menerima upah ini tengah menggagas program baru: bangun rumah. Warga yang rumahnya sempit, satu lantai plus tempat usaha di depannya, akan dibangunkan rumah dua lantai: lantai dasar untuk usaha, lantai dua untuk tinggal.

Apakah warga protes bila infaknya digunakan untuk orang lain, bukan kepentingan masjid? Itu manusiawi. Tetapi setelah diedukasi bahwa yang penting berinfak saja, tidak perlu pusing soal infak itu akan diperuntukkan apa bayangkan saja bila Rp1500 diinfakkan, digunakan membantu usaha orang lain, usaha orang itu lancar, dia bisa umrah atau naik haji, anaknya jadi santri, bayangkan berapa banyak pahala yang akan didapat terus-menerus dari infak itu.

Banyak yang telah dilakukan para takmir Masjid Jogokariyan ini. Mereka bertekad untuk menjadikan masjid sebagai pusat peradaban dan pertumbuhan masyarakat.

Mereka terus berdenyut dalam diam, bekerja dengan ikhlas semata karena mengharap rida Allah subhanahu wa taala. (*/rif-zuk)

Tinggalkan Balasan