Kertajati

Makanya bandara Kertajati masih sangat sepi. Memang sempat banyak penerbangan mencobanya: Lion, Ekspressair, Garuda dan Citilink. Jurusannya pun banyak: Surabaya, Banjarmasin, Balikpapan, Lampung, Jogja.

Tapi jumlah penumpang sangat sedikit. Apalagi setelah ada revolusi non-mental: harga tiket naik. Pun bagasi harus bayar.

Sepi.

Sunyi.

Seperti yang saya gambarkan di atas. Tiga penumpang untuk pesawat Boeing 737. Untuk jarak terbang lebih dari dua jam.

Sekarang tinggal Citilink yang masih rela rugi. Itu pun hanya dua penerbangan. Ke dua jurusan. Ke Surabaya pukul 9 pagi. Dan ke Medan pada waktu yang sama. Bahkan yang jurusan Medan itu tinggal tiga kali seminggu.

Jalan tol baru memang sedang dibangun. Dari Bandung ke Kertajati. Tepatnya dari ujung jalan tol Cileunyi. Menembus dua gunung di Subang. Dengan terowongan panjang.

Kalau jalan pintas itu jadi barangkali beda. Barangkali tidak. Tergantung banyak hal. Setidaknya tarif tolnya: mahal atau mahal sekali. Dan apakah bandara Husein Sastranegara ditutup.

Sambil menunggu jalan tol, Citilink akan terus merugi. Tapi penumpang seperti Bu Nur akan sangat berterima kasih. Dia orang Majalengka. Kerja di Jakarta. Harus sering ke Surabaya.

Saudaranya banyak: dia anak ke 11 dari 16 bersaudara. Harus sering pulang ke Majalengka. Dia akan jadi pelanggan tetap jurusan Kertajati-Surabaya.

Doa bu Nur jelas: semoga Citilink tahan merugi di jurusan ini. Setidaknya Citilink sudah berjasa. Membuat bandara Kertajati ada gunanya cepat-cepat diresmikan. Tanpa harus menunggu aksesnya jadi.(Dahlan Iskan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan