Xinjiang

Turki-lah yang berjasa mengislamkan wilayah itu. Nama kawasan ini pun pernah disebut Turkistan. Xinjiang begitu luasnya. Tapi hanya 9 persen dari buminya yang bisa dihuni manusia. Sisanya gurun pasir. Dan gunung batu. Sangat panas di bulan Agustus. Sangat dingin di bulan Januari.

Xinjiang-lama juga tidak pernah menyatu dalam satu pemerintahan. Banyak penguasanya. Setiap suku punya daerah kekuasaannya sendiri. Saling perang pula. Setidaknya ada 9 suku yang saling berebut kuasa. Yang terbesar adalah suku Uyghur.

Banyak di antara tokoh masa lalunya yang sebenarnya idealis. Menginginkan agar Turkistan bersatu. Menjadi satu negara Islam yang rukun. Tapi tidak pernah kesampaian.

Begitu banyak kekuatan asing yang ikut bermain. Pun di zaman baheula: Rusia, India, Pakistan, Afganistan, Mongolia sampai ke Inggris.

Begitu sulitnya kelompok-kelompok Islam di sana bersatu. Kekuasaan telah mengalahkan ukhuwah Islamiyah. Pun zaman sekarang. Di mana pun.

Sampai-sampai pernah ada ide unik di Xinjiang. Sebuah ide yang sebenarnya ‘out of the box’. Para pimpinan Islam di sana membuat usul: bagaimana kalau semua suku Islam di sana mengalah. Menyerahkan jabatan kepala negara kepada orang luar. Sekalian agar bisa merukunkan mereka. Agar tidak ada lagi yang rebutan kekuasaan.

Kebetulan sekali. Waktu itu, awal tahun 1900-an, seluruh dunia Islam lagi gempar. Membicarakan adanya orang Inggris yang masuk Islam. Orang kulit putih. Kaya raya. Pedagang besar. ‘Raja’ bisnis kulit di Inggris.Namanya: Beltram Sheldrake. Semangat keislamannya luar biasa pula.

Orang inilah yang membangun masjid di Inggris. Sekaligus. Di beberapa lokasi. Secara bertahap. Juga mendirikan masjid di Perancis. Di Belanda. Di Jerman.

Namanya menjadi pahlawan di dunia Islam. Mulai dari dunia Arab, Afrika Utara, Persia, India sampai ke Asia Tenggara. Ia diundang ke mana-mana. Untuk memberikan ceramahnya.

Para pemimpin Islam di Turkistan (Xinjiang) juga membicarakannya. Lalu muncullah ide out of the box itu: Sheldrake saja yang sebaiknya menjadi raja Islam di Xinjiang.

Maka diutuslah delegasi ke Inggris. Membawa banyak oleh-oleh khas Xinjiang.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan