“Tapi ya gitu, karena kerjanya menolong, orang bilang makasih aja udah bahagia banget,” ucapnya.
Namun ia mengaku sempat mengalami trauma atas kecelakaan yang menimpa dua orang rekannya yang meninggal saat bertugas tahun lalu. Ia menyadari bahwa hal serupa bisa saja terjadi padanya.
“Setelah rekan saya meninggal itu saya sempat ‘down’, tidak berani ke lapangan. Lama banget. Tapi kita kan harus ‘move on’. Saya mencoba melawan trauma saya, sekarang saya sudah bisa ke lapangan lagi,” katanya.
Baca Juga:Penyelesaian Sampah Terus DigenjotPersis Tegaskan Bersikap Netral di Pilpres
Hal serupa juga dialami Bintan. Perempuan yang sehari-hari bekerja di bagian keuangan itu juga sering terjun ke lapangan sebagai pengemudi mobil pemadam kebaran. Saat ditemui Humas Kota Bandung, ia tak ragu memperlihatkan kebolehannya mengemudi truk pemadam kebakaran yang berukuran besar.
“Di lapangan saya bantu untuk bolak-balik ngangkut air dari (hydrant) Jalan Supratman ke lokasi,” katanya.
Bintan sudah terbiasa mengemudikan truk berkapasitas 5.000 liter air dan berhadapan dengan lalu lintas Kota Bandung yang padat. Bahkan ia pernah melakukan kontra flow karena keadaan sangat darurat.
“Kadang di jalan orang masih belum sadar untuk memberi jalan pada mobil pemadam kebakaran. Itu yang agak sulit,” terangnya.
Ia pun mengimbau pengguna jalan untuk mendahulukan mobil pemadam kebakaran jika melintas. Hal itu sudah tercantum dalam regulasi yang kuat.
“Kalau misal ada mobil pemadam tolong kasih jalan. Memang resiko pemadam itu bukan hanya di lokasi, tapi juga di perjalanan,” ucapnya. (rls)
