Pertama, Jokowi lebih tahu lapangan yang terlihat ketika Prabowo menyatakan akan membuat BUMN yang akan memberdayakan nelayan. “Dengan enteng Jokowi menjawab bahwa pemerintah sudah punya BUMN itu bernama Perindo dan Perinus,” kata Denny JA dalam siaran persnya, Senin (18/2).
Kedua, Jokowi terlihat lebih sistematis soal solusi, sedangkan Prabowo masih normatif dan umum saja soal rencana mendorong Industri digital.
“Jokowi memaparkan data dari tujuh starup Unicorn usaha digital ASEAN, empat ada di Indonesia. Sudah disiapkan Palapa Ring, 4G dan deregulasi,” katanya.
Ketiga, Jokowi lebih realistis soal impor pangan yang terlihat saat Jokowi mencontohkan impor jagung, 2014 sekitar 3,5 juta ton. Tahun 2018 tinggal 180 ribu ton saja. Menurut Jokowi, menghilangkan impor beras dan jagung tak bisa satu dua hari, seperti membalik tangan
Keempat, Jokowi terkesan lebih berpengalaman berkomunikasi dengan rakyat yang dicontohkan Jokowi, pukul 12.00 malam ia pernah berkunjung berdua saja dengan sopir ke pemukiman nelayan memastikan kondisi mereka.
“Itu biasa dilakukan sejak ia memimpin saat menjadi wali kota Surakarta, gubernur DKI dan presiden kini di tingkat negara,” ujarnya.
Kelima, Prabowo yang menyetop diskusi ketika moderator terus memberi waktu kedua capres berdebat mencari kontras antarmereka untuk isu energi, justru Prabowo yang menyetop. Menurut Prabowo sudah cukup. Untuk apa bertele-tele lagi.
Keenam, Jokowi sempat melancarkan memberikan data yang membuat capres Prabowo terhentak. Dalam debat tersebut Prabowo menyinggung betapa segelintir orang kaya di Indonesia menguasai mayoritas sumber daya.
Jokowi menjawab bahwa Prabowo punya 220 ribu hektare lahan di Kalimantan dan 120 ribu hektare di Aceh.
Menurut Denny JA, dalam debat itu, Jokowi justru nampak superior dalam penguasan data dan lebih mengenal masalah. Prabowo yang sebelumnya dikesankan lebih intelektual, lebih akademik, namun dalam debat head to head, Prabowo dinilai tak sesiap Jokowi.
Untuk menentukan keunggulan tersebut, Denny JA mengaku menonton debat itu bersama tim peneliti. Setelah itu, mendiskusikan tak hanya substansi debat, namun juga teknik berdebat dan gaya berkomunikasi.(ant/fin)