BANDUNG – Sebanyak 25 petani kopi dari Kecamatan Pangalengan mengikuti “Pelatihan Petani Konservasi DAS Citarum” yang digelar Pusat Unggulan Lingkungan dan Ilmu Keberlanjutan Universitas Padjadjaran di Jalan Sekeloa Selatan, Bandung, Selasa (29/1) hingga Kamis (31/1). Acara ini digelar untuk meingkatkan kemampuan para petani dalam memberikan nilai tambah produksi kopi.
Para peserta mendapatkan pelatihan untuk mengolah biji kopi menjadi berbagai jenis minuman siap konsumsi. Dengan demikian, para petani tidak hanya dapat menjual biji kopi mentah, tetapi juga dapat menjalankan bisnis melalui kemampuannya membuat minuman kopi.
“Jadi mereka punya nilai tambah dari kopi yang mereka produksi, sehingga punya kelebihan secara ekonomi untuk mereka,” ujar Ketua Pusat Unggulan Lingkungan dan Ilmu Keberlanjutan Unpad, Parikesit MSc PhD.
Bertindak sebagai pemateri pada pelatihan tersebut adalah sejumlah praktisi pembuat kopi (barista). Ke depannya, para peserta juga akan didampingi untuk menjalankan bisnis kedai kopi di daerah Pangalengan.
Diungkapkan Parikesit, para peserta merupakan petani kopi yang telah menghasilkan kopi berkualitas baik. Para petani tersebut telah menerapkan penanaman kopi dengan sistem agroforestri yang salah satu tujuannya sebagai perlindungan keanekaragaman hayati.
Melalui pelatihan tersebut, diharapkan para petani memiliki keuntungan lebih dari upaya mereka dalam menjaga lingkungan. Dengan demikian, para petani memiliki motivasi yang lebih kuat lagi dalam melakukan upaya-upaya pelestarian lingkungan dan melakukan konservasi sumber daya alam.
“Disini kami mendukung, menguatkan, bahwa jangan hanya menanam kopi, tetapi juga bisa mendapatkan nilai tambah dari kopi yang mereka produksi,” tutur Parikesit.
Selain Kecamatan Pangalengan, Parikesit berharap pelatihan serupa dapat digelar untuk petani kopi di daerah lain di DAS Citarum. Selain itu, materi mengenai penguatan bisnis pun akan lebih diperdalam.
Dalam kesempatan tersebut, diluncurkan buku “Serangga Penyerbuk pada Agroforestri Kopi” yang merupakan hasil penelitian Parikesit dan tim di perkebunan kopi Pangalengan. Dalam buku tersebut, diungkapkan bahwa para petani di Pangalengan tersebut sudah berwawasan konservasi.
“Kami membuat buku tentang keanekaragaman serangga penyerbuk di kebun kopi yang mereka kelola. Bukti bahwa agroforestri kopi mereka itu menjadi habitat yang baik bagi ratusan jenis serangga,” jelas Parikesit. (mg2/yan)