Hal itu yang membuat getaran saat kendaraan melintas dibawahnya. Para pengendara harus melaju cepat. Di sebelahnya, dibangun jembatan yang baru. Namun baru satu jalur dari Jakarta menuju Tangerang atau Bogor.
Namun sayang, meski sudah dibangun sejak lama, tampaknnya jembatan itu tak tersentuh sedikit pun oleh pemerintah. Baik Pemkab Tangerang maupun Pemprov Banten.
Dikeluhkannya jembatan tersebut, lantaran hanya bisa dilintasi oleh truk-truk yang membawa barang. Sedangkan untuk kendaraan lainnya diarahkan ke jembatan yang satunya. Tidak soal jika hanya digunakan oleh truk pengangkut barang. Masalahnya, truk lebar jembatan itu sudah tak sesuai dengan lebar truk yang melintas. Sehingga ketika melintas, sopir truk harus hati-hati mengendarainya. ”Ya harus pelan-pelan jalannya,” kata Koh Ayong, salah satu pengusaha pasir.
Baca Juga:Kepsek Siap Lapor ke PolisiSekolah Rintisan Baru Akan Dibuat
Lantaran lebar jembatan yang sempit akhirnya ada orang yang membantu ikut mengarahkan sopir truk agar ketika melintasi jembatan tidak terjadi apa-apa. Hal itu dialami oleh seluruh sopir truk yang melintasi jembatan tersebut.
Banyak sopir truk yang kewalahan ketika harus melintasi jembatan tua tersebut. kondisi jembatan yang sudah dimakan usia, tidak sepadan jika melihat perkembangan Kecamatan Cisauk maupun Kecamatan Serpong. Sejumlah wilayah di Serpon maupun di Cisauk sudah dipenuhi dengan bangunan modern nan indah. Tapi sayang, jembatannya masih saja seperti itu. ”Apa enggak malu ya. Kotanya sudah maju, jembatannya masih itu saja,” Ayong.
”Jangan seperti sekarang, kalau mau lewat, harus serba hati-hati,” imbuhnya.
Saat hujan, aspal dan bebatuan di atas jembatan peninggalan Belanda itu luruh ke sungai. Untuk mengatasi hal itu, sejumlah warga berinisiatif menjadi pekerja sukarela menimbun kembali badan jembatan yang berlubang dengan tanah atau kerikil. Mereka tidak digaji pemerintah, upah keringatnya dibayar oleh pengendara yang melintas di sana.
Yogi, 40, adalah satu dari empat warga yang berjaga di sekitar jembatan. Setiap hari dia menimbun badan jalan yang ambles dengan tanah di sekitar lokasi. Sebuah ember ia taruh di tepi jembatan. Di dalam ember, para pengendara memasukkan uang ikhlas di sana. ”Ya, begini mas, kalau ada yang berlubang kita timbun, setiap hari kontrolnya. Kalau badan jalan ambles, kita takut besi jembatan melukai yang lewat,” ujarnya.
