BANDUNG – Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat Iwa Karniwa mengatakan Progres pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung menunjukkan perkembangan yang signifikan. Hal tersebut disampaikan usai melakukan rapat terkait kereta cepat di Ruang Kerja Sekda, Gedung Sate Bandung, kemarin. (22/1).
Saat ini, Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan melakukan empat langkah untuk sinkronisasi Kereta Api Cepat dengan LRT Bandung Raya yang memiliki delapan jalur. Hal ini tentu menjadi salah satu solusi moda transportasi antarkawasan terintegrasi yang bisa mengurangi high cost economy terkait logistik.
“Sesuai dengan arahan Pak Gubernur, langkah pertama adalah melakukan konektivitas. Tentu harus nyambung dengan LRT Bandung Raya yang meliputi Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten, Bandung dan sebagian Kabupaten Sumedang,” ujar Iwa.
Iwa menambahkan, setelah dilakukan kajian oleh Tim Akselerasi Pembangunan Jabar, pihak pengembang kereta cepat dan Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat, pembangunan LRT Bandung Raya ternyata tidak sesuai jika menggunakan konsep business to business. Sehingga diusulkan akan merubah pola menjadi Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
“Ini yang kedua, dari pertemuan tadi juga terdapat satu usulan dari berbagai studi ternyata untuk konsep bisnis to bisnis itu tidak masuk. Jadi sudah diusulkan kalau polanya KPBU,” kata Iwa.
“Sudah dimatangkan oleh Dishub terkait trase dari Tegalluar ke beberapa trase di Bandung Raya yang sudah diusulkan ke Kementerian Perhubungan,” tambahnya.
Langkah kertiga, kata Iwa, adalah dengan melakukan konsolidasi dengan beberapa pihak terkait tentang ‘siapa dan berbuat apa’. Hal ini dimaksudkan agar terjadi kesepahaman antar pihak, sehingga dapat lebih detail dan teknis dalam melakukan tugasnya masing-masing.
Keempat, perlu diadakannya rapat dengan beberapa pihak terkait. Sebelumnya, akan dibuat paper atau laporan berisikan progres yang sudah dilakukan dari tahun 2014 hingga saat ini dan apa yang akan dilakukan selanjutnya.
Pembangunan kereta cepat tersebut akan menciptakan Transit Oriented Development (TOD) dengan total panjang sekitar 142,3 kilometer, dari mulai Bandara Halim Perdana Kusuma di Jakarta (kilomeret 0), Karawang (kilometer 41), lalu walini (killmeter 96), dan Tegalluar (kilometer 142). Apabila nanti dilanjutkan ke Bandara Kertajati, dibutuhkan sekitar 70 kilometer lagi.