CIMAHI– Setelah selama tujuh tahun berturut-turut mendapatkan Piala Adipura, akhirnya di penilaian 2018 Pemerintah Kota Cimahi harus kecewa karena gagal mempertahankan raihan penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indonesia tersebut.
Bahkan kegagalan raihan penghargaan yang biasanya diberikan kepada setiap daerah yang berhasil dalam menjaga kebersihan serta pengelolaan lingkungannya tersebut sempat menjadi pertanyaan Wali Kota Cimahi, Ajay M Priatana.
Menurut Ajay, ia sempat bingung ternyata ada satu poin yang dianggap cukup penting dalam penilaian Adipura. Poin tersebut yaitu tidak adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
“Saya sempat protes karena TPA kan wilayahnya Provinsi. Malah kalau penilaiannya seperti itu, taun depan Bandung tidak akan ikut,” kata Ajay, di Kabuyutan Cimahi, Jalan Kolonel Masturi, Selasa. (15/1).
ia menilai, ketika kriteria penilaian adanya TPA menjadi poin yang cukup mematikan, maka harapan untuk mendapatkan Adipura bagi daerah akan sangat sulit.
“Jadi sebaik apapun kami mengurus kota, apabila TPA-nya tidak bertambah maka selamanya tidak akan mendapat Piala Adipura,” ujarnya.
Untuk itu, Ajay mengaku, pihaknya akan melayangkan surat nota keberatan ke KLHK. Sebab, TPA yang dianggap menjadi penilaian paling penting itu, saat ini digunakan oleh tiga wilayah yakni, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Bandung.
“Untuk masalah TPA kita belum bisa mandiri. Dulu ada TPA Leuwigajah tapi kan saat ini sudah tidak berfungsi. Ada juga TPA Legok Nangka tapi kan milik provinsi,” katanya.
Ajay menyebut, masuknya TPA dalam penilaian Piala Adipura kali ini merupakan sistem baru, sehingga semua wilayah yang memiliki TPA mandiri semua mendapatkan penghargaan itu. Sementara untuk daerah yang tidak mempunyai TPA harapan mendapat Adipura sangat sulit.
“Kota Sukabumi dan Banjar sekarang dapat. Sepertinya sistem baru, makanya saya protes,” bebernya.
Sebenarnya, lanjut Ajay, Cimahi juga ingin mempunyai TPA dengan mengaktifkan kembali TPA Leuwigajah. Namun, ia mengaku hal tersebut tidak mudah.
”Itu bukan sesuatu yang gampang. Apalagi warga di sana sudah dengan tegas menolak TPA Leuwigajah untuk dibuka lagi,” jelasnya.