BANDUNG – Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) akan meluncurkan program Ajengan Masuk Sekolah (AMS) di tahun 2019. Menurut Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum, Program tersebut merupakan upaya Pemprov dalam mengantisipasi paham radikalisme di sekolah, sekaligus untuk meningkatkan akhlak dan karakter peserta didik di sekolah.
Dikatakan Uu, selain mencerdaskan generasi bangsa, tujuan adanya pendidikan tentunya untuk meningkatkan keimanan serta ketakwaan para peserta didik. Untuk itu, perlu adanya penyesuaian atau turunan dari program nawacita dalam implementasinya di Jawa Barat.
”Nawacita Pak Jokowi adalah pendidikan karakter dan revolusi mental, visi misi Jabar yang dibawa kami dan Kang Emil adalah Jabar Juara Lahir Batin,” kata Uu dalam kegiatan sosialisasi program AMS di Kantor Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat.
Menurutnya, program AMS adalah tindak lanjut dari nawacita yang dicanangkan Presiden Joko Widodo dalam bidang pendidikan. Uu mengungkapkan, dalam mengimplementasikan program tersebut, Pemprov Jabar akan menggandeng sejumlah ajengan dan kiai yang ada di seluruh pesantren di Jawa Barat. Dengan begitu, dirinya menilai pemahaman agama di kalangan peserta didik akan semakin kuat.
”Kami libatkan ajengan dan kiai karena kami bukan ajengan. Program ini semoga mampu menjawab keresahan orang tua melihat banyak anak tingkah lakunya tidak sesuai moral,” kata dia.
Sebelum diduplikasi di Jawa Barat, program tersebut telah lebih dulu diterapkan di Kabupaten Tasikmalaya sejak dirinya menjabat sebagai bupati. Selain bisa meningkatkan keimanan dan akhlak, program AMS juga dinilai mampu menangkal paham radikalisme di sekolah.
”Di samping untuk meningkatkan moral dan akhlak, juga bisa untuk menangkal radikalisme. Ini akan dimulai pada tahun ajaran baru,” kata dia.
Kepala Disdik Jawa Barat Ahmad Hadadi mengatakan, program AMS tidak hanya menyasar siswa beragam Islam, melainkan juga untuk siswa dari agama-agama lainnya. Dengan adanya program tersebut, kemampuan guru-guru akan ditingkatkan dalam pendidikan karakter dan agama.
”Kami akan intergasikan dengan regulasi yang ada. Intinya kita ingin memperkuat kompetensi guru-guru pendidikan agama. Sehingga bisa memberikan pembelajaran komprehensif kepada para peserta didik,” kata Hadadi.