NGAMPRAH– Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Bandung Barat (KBB) akan membentuk 16 Sekolah Siaga Kependudukan (SSK) di 16 Kecamatan di KBB.
Upaya ini dilakukan untuk mendukung program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam mengendalikan jumlah penduduk di KBB sejak dini melalui jalur edukasi di sekolah.
“Pengendalian penduduk menjadi perhatian kami dalam mendukung program BKKBN. Upaya kami dari tiga tahun lalu sudah membentuk Kampung KB sebanyak 118 kelompok dan berikutnya akan membentuk 16 Sekolah Siaga Kependudukan,” kata Kepala DP2KBP3A KBB, Asep Wahyu FS di Ngamprah, kemarin.
Diakuinya, kasus pernikahan usia dini dan angka kemiskinan yang cukup tinggi masih menjadi perhatian pihaknya. Kemudian usia nikah pertama yang masih rendah, yaitu 18,75.
Total Fertility Rate (TFR) yang masih tinggi 2,3, dan jumlah prasejahtera juga di atas rata-rata 7,1%. Kondisi ini menjadi kendala dalam pembangunan keluarga berkulitas di KBB. Kehadiran Kampung KB dan SSK diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan soal wawasan kependudukan.
“Tujuan program ini adalah untuk menciptakan keluarga yang harmonis, tegar, lestari, dan tangguh demi menuju Bandung Barat yang aspiratif, kreatif, unggul, dan religius,” ujar dia.
Bupati Bandung Barat Aa Umbara Sutisna menilai keluarga merupakan pranata sosial pertama yang memiliki fungsi strategis dalam membekali individu dalam kehidupan bermasyarakat.
Karena keluarga adalah pilar utama dalam pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang makmur dan sejahtera.
“Kualitas keluarga sangat mempengaruhi kualitas seseorang. Dengan demikian, kondisi suatu keluarga sangat berpengaruh terhadap kualitas bangsa dan negara,” tutur Aa.
Peringatan Hari Keluarga, ungkap Bupati, bertujuan untuk mengingatkan kembali pemerintah daerah, mitra kerja dan swasta tentang pentingnya penerapan 8 fungsi keluarga. Yakni fungsi agama, budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosial dan pendidikan, ekonomi, serta lingkungan, melalui empat konsep pendekatan keluarga.
“Pembangunan daerah bertumpu pada pembangunan manusia yang berawal dari keluarga. Karena itu melalui visi AKUR saya ingin memujudkan kualitas keluarga yang tangguh di KBB,” ujarnya. (drx)