BANDUNG – Ratusan orang yang tergabung dalam Aliansi Santri dan Mahasiswa Islam Jawa Barat (ASMIJB) nyaris bentrok saat mendatangi markas Visi Generasi yang merupakan sayap ex-Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), di jalan Haur Pancuh Sekeloa Kecamatan Coblong Kota Bandung, kemarin. (12/10).
Meski sempat bersih tegang, namun akhir dapat direlai oleh aparat kepolisian. Sebelum mendatangi markas sayap HTI itu, mahasiswa Islam dan santri Jawa Barat menggelar unjukrasa di depan Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat.
Usai berorasi dan menggelar poster yang isinya meminta pemerintah dan kepolisian menindak tegas pergerakan aktivis HTI, mereka kemudian berjalan menuju markas Visi Generasi, yang berada tidak jauh dari lokasi unjukrasa.
Kedatangan ratusan mahasiwa Islam dan santri itu selain mengagetkan beberapa orang anggota Visi Generasi, juga masyarakat sekitar. Pasalnya markas sayap HTI itu, berada di kawasan padat penduduk.
Pihak kepolisian akhirnya dapat menenangkan kedua belah pihak, serta mengawal para mahasiswa Islam dan santri untuk kembali ke tempat semula.
Komandan Lapangan ASMIJB, M. Iqbal Awaludin, menduga eksistensi HTI masih ada meski tampil dengan wujud yang berbeda. Menurut dia, aktivis HTI tidak berhenti mengampanyekan paham khilafah dengan memakai organ lain.
Dia mengaku menemukan beberapa gerakan HTI di Jawa Barat pasca pembubaran organisasi tersebut pada 19 Juli 2017. Sebagai contoh, Gema Pembebasan Jabar yang dipimpin Indra Lesmana merupakan bagian dari HTI.
Para pengunjukrasa pun kembali mengingatkan agar aparat kepolisian lebih peka terhadap kehadiran HTI dengan topeng yang berbeda. Terlebih, lanjut dia, pada 20-21 Oktober akan digelar gerakan kampanye satu juta kopi tauhid di setiap kabupaten/kota di Indonesia yang diinisiasi oleh Mashun Sofyan, seorang tokoh HTI.
“Pemerintah harus konsisten dalam memantau segala pergerakan pengurus HTI. Karena sudah jelas HTI adalah ormas terlarang,” katanya.
Iqbal menambahkan, pergerakan organisasi yang teraviliasi dengan HTI ini sudah ada di seluruh kampus, seperti Lembaga Dakwah Mahasiswa (LSM) dan Lembaga Dakwah Kampus (LDK). Sehingga, dia meminta pihak kampus menindak tegas aktivitas tersebut. “Di UIN ada, di UPI ada, di ITB ada,” katanya. (yan)