CIPATAT – Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bandung Barat (KBB) bergerak cepat terjunkan Tim Reaksi Cepat (TRC) untuk melakukan perbaikan atap teras ruang kelas yang ambruk di SD Rajamandala 4, Desa Rajamandala, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Pertimbangannya adalah aktivitas kegiatan belajar mengajar (KBM) harus terus berjalan, serta demi memberikan kenyamanan dan keselamatan kepada siswa, orang tua murid, dan guru.
”Begitu mendengar informasi tersebut, saya langsung berkoordinasi dengan Kepala Bidang (Kabid) SD serta kepala sekolah. Tadi pagi sudah ada tim yang meninjau ke lokasi dan segera mempersiapkan untuk proses perbaikan pembangunan ulang,” kata Kepala Dinas Pendidikan KBB Imam Santoso didampingi Kabid SD Jalaludin, kemarin (11/10).
Dia ingin proses perbaikan menjadi prioritas dan secepatnya dilakukan dengan menggunakan anggaran yang ada tanpa menunggu proses pengajuan. Apalagi bagian yang ambruk itu adalah atap teras sekolah, sehingga diprediksi tidak akan memakan biaya terlalu besar.
Paling lambat, pihaknya manergetkan, akhir bulan proses pembangunan ulang sudah selesai, sehingga ruang kelas itu bisa kembali dipakai siswa.
Imam mengemukakan, pihaknya secara berlanjut setiap tahun selalu melakukan rehab ruang kelas rusak. Biasanya perbaikan mengacu kepada data Dapodik, mulai dari rusak ringan, sedang hingga berat.
Jumlahnya selalu berubah, karena bisa jadi ruang kelas yang saat terdata rusak ringan, beberapa bulan berikutnya menjadi rusak berat. Mengacu kepada kajian pihak konsultan anggaran, perbaikan rusak ringan berkisar antara Rp40 juta, sedang Rp60-70 juta, dan berat Rp90 juta.
”Yang jelas untuk kategori rusak berat itu kondisi ruang kelasnya sudah tidak layak dan tidak bisa dipakai KBM. Sementara untuk rusak ringan dan sedang masih bisa dipakai walaupun kasuistik,” tutur dia.
Disinggung mengenai jumlah ruang kelas rusak, Imam menyebutkan di KBB terdapat total 765 SD negeri dan swasta. Sementara SMP 160 sekolah negeri dan swasta.
Untuk SD, ruang kelas rusak sedang 756 dan berat 672 ruang. Sedangkan SMP rusak berat 361 dan sedang 192 ruang. Kerusakan berat biasanya di atas 60 persen, penyebabnya karena bangunan yang sudah tua serta karena faktor bencana.