Ajak Para Siswa Shalat Dhuha dan Baca Alquran

Selain itu, kegiatan yang wajib dilakukan para siswa adalah kegiatan membaca Alquran, Asmaul Husna dan diadakannya tausiyah dengan berbagai tema secara bergantian. Sehingga, dari hasil pembinaan karakter ini ternyata banyak dari para siswa memiliki sikap lebih santun dan berahlak.

Dengan diberikan penghargaan ini dia merasa bangga. Sebab, usaha dan jerih payah selama ini dilakukan dengan ikhlas, berbuah apresiasi dari Gubernur.
’’Alhamdulillah saya terpilih menjadi juara di Jawa Barat. Ini bukan soal juaranya karena yang penting syi’ar. Mungkin ini tidak menarik karena yang lain dengan teknologi, sementara yang saya bawa penguatan karakter berbasis relijius,” kata Asep.

Diceritakan Asep, awal tercetusnya kegiatan tersebut sebenarnya mengacu pada kurikulum 13 dimana siswa-siswi harus mampu menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianut.
Sehingga, dia mencari yang berkaitan dengan keagamaan dan bisa diimplementasikan di sekolah. Maka, sebagai seorang muslim amalan Solat Dhuha bila dilakukan setiap pagi banyak memiliki faedah bagi yang melaksanakannya. maka dia mencoba menerapkan kegiatan tersebut kepada anak didiknya di sekolah.

“Ketika pagi dari jam 07.00 sampai jam 12.00 WIB itu kan belajar penuh, maka kapan kita mau mengamalkan itu. Akhirnya saya berpikir untuk membuat jadwal. Saya meminta agar dari jam 06.30 diisi dengan Dhuha, sisanya bebas dengan apa saja,” kata dia.

Asep mengungkapkan, konsep yang diterapkan tersebut juga agar para siswa-siswi bisa sadar dan mengetahui bahwa manusia berawal dari Tuhan dan akan kembali ke Tuhan. Meskipun banyak teori pendidikan yang berasal dari barat, tetapi jika berbicara agama khususnya Islam, dirinya menilai sudah sangat sempurna.

“Jadi kegiatannya diawali dengan solat dan diakhiri dengan solat. Sekolah saya kan dari jam 06.30 WIB Solat Dhuha dan nanti pulangnya Solat Ashar. Jadi sebelum pulang, solat berjamaah dulu,” kata dia.

Asep menambahkan, pendidikan karakter berbasis agama memiliki dampak positif bagi peserta didik. Siswa yang biasanya selalu terlambat pun, kini semakin berkurang. Dengan pendekatan agama, mental siswa yang sering bersitegang atau terlibat tawuran juga mampu diredam.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan