Sejarah Heroik Perjuangan Kemerdekaan di Gedung bank bjb

Jika diperhatikan, konsep arsitektur gedung Denis mirip dengan Hotel Savoy Homann. Di kedua bangunan tersebut terkandung unsur plastis horisontal di setiap eksterior bangunan. Sebuah bukti fisik yang menegaskan keberadaan konsep arsitektur bergaya internasionalisme klasik khas Eropa di Indonesia pada dekade 1930 hingga 1946.

Adalah arsitektur berkebangsaan Belanda kelahiran 1897 bernama Albert Frederik Aalbers yang membawa konsep kontemporer streamline pada bentuk dasar dari gedung Denis. Kala itu tren arsitektur yang berkembang di Belanda banyak dipengaruhi gerakan rasionalisme.

Di masanya, Albert merupakan salah satu dari tiga arsitek paling berpengaruh di Hindia Belanda. Konsep dari gedung Denis bisa dijadikan bukti kecerdasan Albert karena memberikan kontribusi pemikiran pada perkembangan arsitektur di Indonesia.

Alasannya sederhana, karena Albert menghadirkan dualisme ideologi dalam desain, yakni neoplastis rasionalis pada sisi eksterior dan dekoratif bernuansa konten lokal untuk interior. Artinya, Gedung Denis dinilai dapat merespons budaya di Indonesia.

”Perlu ada respons budaya lokal. Artinya tidak hanya menempelkan ornamen seperti pendirian Kota Tua di Jakarta atau perumahan tentara di Cimahi. Albert melakukan itu pada karyanya,” ujar Arsitektur dari Institut Teknologi Bandung, Widjaja Martokusumo, beberapa waktu lalu.

Di sisi lain, bank bjb berkomitmen untuk terus menjaga dan melestarikan orisinalitas dari gedung Denis. Hal tersebut dibuktikan bank bjb dengan tetap merawat dan mempertahankan bentuk asli dari gedung Denis, tanpa mengubah bentuk sama sekali.

Apa yang dilakukan bank bjb, sebenarnya sesuai dengan tiga pendekatan yang tengah dilakukan Unesco perihal pelestarian cagar budaya. Pertama, cagar budaya diharapkan dapat memberikan nilai pengetahuan kepada wisatawan, sehingga menciptakan kesadaran dan rasa hormat akan keberadaan sejarah.

Kedua, wisatawan tidak diperkenankan untuk merusak cagar budaya baik secara fisik maupun nonfisik. Ketiga, cagar budaya harus memberikan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat, salah satu caranya dengan menggunakannya sebagai bangunan produktif.

Oleh karena itu, cagar budaya bukan hanya berfungsi sebagai hiasan kota untuk mengenang romantisme masa lalu. Pemanfaatan oleh masyarakat dan pemerintah secara ekonomi perlu dilakukan, misalnya dengan menjadikannya sebagai akomodasi penginapan, fasilitas wisata, hingga kantor.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan