Bekas Markas KGB Masih Tetap Terasa Angker

Rusia memiliki lebih dari 2.300 museum. Ada satu yang unik dan ’’sangat hidup’’,  yakni museum lifestyle era Uni Soviet di Saint Petersburg. Di sela-sela meliput Piala Dunia 2018 beberapa waktu lalu, wartawan Jawa Pos AINUR ROHMAN mengunjungi museum itu.

Bangunan museum itu terletak di lokasi yang sangat strategis. Juga amat cantik. Rasanya, sulit sekali menampik godaan untuk tidak memasuki gedung tersebut.

Gedung itu berdiri di tepi Sungai Moyka, tak jauh dari salah satu tetenger terpenting Kota Saint Petersburg, Church of the Savior on Spilled Blood. Di bagian atas pintu masuknya terpasang papan bertulisan Soviet Lifestyle Museum, The Only One in Russia. Warna huruf-hurufnya kombinasi hitam, merah, dan putih yang mencolok.

Saya tahu bahwa klaim satu-satunya museum di Rusia itu tidak benar. Sebab, ada museum serupa di Kazan. Namun, reputasi museum lifestyle Uni Soviet di ibu kota dan kota terbesar di Republik Tatarstan tersebut tidak terlampau harum. Pertama, koleksi di Kazan minim. Kedua, kebanyakan benda yang dipajang adalah barang jualan.

Museum gaya hidup Uni Soviet di Saint Petersburg sama sekali tidak mengecewakan. Bangunannya memang kecil. Hanya terdapat satu lantai. Namun, museum itu memiliki enam ruang yang memajang ribuan barang yang dipakai orang Uni Soviet. Terutama sejak 1970-an sampai akhir keruntuhan imperium tersebut pada 1991.

Dua pengelola museum menyambut saya dan fotografer Jawa Pos Angger Bondan dengan ramah begitu kami masuk. Keduanya perempuan paro baya. Usia mereka 40–50 tahun. Salah satunya bernama Olga Andropova. Bahasa Inggris Olga cukup lancar. Dia meminta kami untuk membayar tiket RUB 350 (sekitar Rp 80.000) per orang agar bisa menikmati koleksi museum.

Harga tiket tersebut cukup tinggi. Bahkan lebih mahal daripada karcis masuk salah satu museum paling terkenal di dunia yang juga berada di Saint Petersburg, The State Hermitage Museum. Untuk masuk ke atraksi utama museum terbesar kedua di dunia setelah The Louvre, Paris, itu, setiap orang hanya dikenai biaya RUB 250 (Rp 58.000).

”Museum ini murni gaya hidup. Tidak terkait sama sekali dengan politik,” kata Andropova, lantas memandu dan mengenalkan kami dengan koleksi-koleksi museum.

Tinggalkan Balasan