Bekas Markas KGB Masih Tetap Terasa Angker

Kerinduan orang-orang Rusia akan kejayaan Uni Soviet agaknya tidak cuma kepada benda-benda mati. Dari beberapa orang setempat yang saya temui, mereka juga kangen dengan kehidupan era komunis saat masih berjaya. Misalnya yang disampaikan Mikhail Mikhaylov. Meski masih berusia 23 tahun, mahasiswa perguruan tinggi paling top di Rusia, Lomonosov Moscow State University, itu gundah dengan situasi ekonomi dan politik di Rusia saat ini.

”Kami sekarang hidup pada era wild capitalism,’’ kata Mikhaylov. ”Tidak ada kesetaraan. Tidak ada pemerataan kesejahteraan. Yang kaya bertambah kaya, yang miskin semakin banyak. Apakah saya ingin kembali ke era komunis? Ya, tentu saja,” imbuhnya.

Menurut dia, kabar bahwa ekonomi Uni Soviet pada era komunis hancur-hancuran adalah informasi yang menyesatkan. Hal itu semata disebabkan propaganda Barat.

”Saat ini negeri kami masih dikendalikan oleh sekelompok kecil elite oligarki politik. Semoga saja ke depan lebih baik lagi,” ucap dia.

Tentu saja tidak semua setuju dengan Mikhaylov. Bahkan, sahabat baiknya, yakni Arabat Izmailov, mengatakan bahwa komunisme menghambat kreativitas. ”Tetapi, kesejahteraan tidak merata itu memang benar,” kata Izmailov.

Meski iklim politik dan ekonomi Rusia berubah menuju kapitalisme liar seperti istilah Mikhaylov, pemerintah Negeri Beruang Merah masih merawat situs-situs bersejarah peninggalan komunis. Selain monumen, patung, dan tugu-tugu, kantor-kantor penting juga masih dipertahankan seperti aslinya. Contohnya bekas kantor KGB (Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti).

Markas agen rahasia legendaris Uni Soviet tersebut bernama Lubyanka Square. Letaknya di Moskow, hanya sepuluh menit berjalan kaki dari Lapangan Merah. Saat ini gedung ”angker” yang selesai dibangun pada 1898 tersebut menjadi kantor pusat organisasi pengganti KGB, yaitu Federal Security Service (FSB).

Lubyanka Square menjadi saksi bisu sejarah kelam Uni Soviet. Lantai bawahnya digunakan sebagai tempat interogasi dan penyiksaan orang-orang yang kritis kepada pemerintahan Stalin. Di sanalah penulis terkenal Aleksandr Solzhenitsyn disiksa. Karya terbesarnya, yakni The Gulag Archipelago, banyak mengambil setting di penjara Lubyanka.

Meski era KGB sudah lewat, keangkeran dan kerahasiaan bangunan tersebut masih dipertahankan. Untuk berfoto di depan Lubyanka saja, kita mesti sembunyi-sembunyi. Sebab, banyak kamera rahasia yang mengawasi orang yang mendekati bangunan itu. Bahkan, seorang petugas keamanan sempat hendak menegur saat saya berhenti di depan Lubyanka dan berfoto di sana. Namun, sebelum sang petugas beraksi, saya buru-buru meninggalkan tempat tersebut.

Tinggalkan Balasan