Hantaman gelombang tinggi hampir merata di selatan Jawa. Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) saja, gelombang tinggi yang menghempas pantai merusakn puluhan Gazebo, rumah makan, lapak, Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan fasilitas-fasilitas di pantai wisata. Kerusakan terjadi di 3 kabupaten, yakni di Gunung Kidul, Bantul, dan Kulon Progo.
Di pesisir Jawa Barat, gelombang tinggi menghantam pantai dan merusak puluhan perahu nelayan di Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, dan Pangandaran. Tinggi gelombang bervariasi mulai dari 2 hingga 6 meter. Air laut juga menggenangi lahan-lahan persawahan. Petugas setempat telah berkoordinasi untuk mendirikan posko siaga.
Sutopo menghimbau masyarakat untuk selalu waspada dan hati-hati saat beraktivitas di laut dan pantai ”Pantau terus update peringatan dini dari BMKG,” katanya.
Para nelayan juga diharapkan untuk selalu memantau kondisi laut dan cuaca. Jika secara visual gelimbang tinggi dan membahayakan, jangan memaksakan diri berlayar atau melaut.
Begitu juga dengan syahbandar atau pemilik kapal penumpang hendaknya mencermati peringatan dini. Laksanakan sesuai SOP dan ketentuan yang ada. Jika memang membahayakan jangan memaksakan berlayar. ”Seringkali kecelakaan kapal disebabkan ketelodoran dan tidak taat azas,” jelasnya.
Untuk sementara, masyarakat umum diharapkan untuk menghindari aktivitas di pantai. Seperti berenang atau hal-hal lain yang membahayakan. Pengelola pantai wisata juga harus benar-benar memperhatikan ancaman ini. ”Jika perlu ditutup sementara waktu. Lakukan patroli atau memberikan informasi kepada masyarakat yang hendak berkunjujg ke tempat wisata pantai,” katanya.
Sementara bagi masyarakat yang membuka usaha di pantai seperti berjualan dan penginapan, hendaknya mengutamakan keselematan dirinya. ”Tempatkan barang-barang berharga ke tempat aman. Jangan tetap berada di rumah yang posisinya berbahaya dengan gelombang pasang. Banyak warung-warung yang dijadikan tempat tinggal di pantai,” kata Sutopo.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, gelombang tinggi yang berlangsung di wilayah selatan Jawa akan berlangsung hingga Oktober mendatang. Di mana besok, (27/07), diprediksi akan menjadi puncaknya. “Itu sudah mulai tumbuh Mei dan puncaknya itu juli, 27 Juli puncaknya,” ujarnya di Kantor Kepala Staf kepresidenan, Jakarta, kemarin (25/7).