PAMANUKAN– Sebanyak 29 santri baru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Persatuan Islam (Persis) 51 Pamanukan, mengikuti masa ta’aruf (pengenalan) di Lapangan Marabunta, Desa Rancasari (18/7). Kegiatan itu dalam rangka pengenalan lingkungan sekolah (MPLS), untuk memberikan pendidikan karakter pada siswa.
Kepala Sekolah MTs Persis 51 Pamanukan Asep Yusup Zaeni mengatakan, kegiatan taaruf di Pesantren yang mengusung konsep boarding school itu, sudah mulai berjalan sejak Jum`at (13/7). “Para siswa sudah mulai di pesantren sejak Jum`at, ada serangkaian tes terlebih dahulu,” kata Asep.
Menurutnya, serangkaian tes tersebut meliputi tes baca Al-Quran serta shalat. Hal itu dilakukan untuk mengenal dan mengetahui kemampuan serta kompetensi siswa sampai sejauh mana, memahami Al-Quran dan pembiasaan shalat.
“Yang masuk ke sini, dari berbagai macam lulusan, ada yang dari SD, MI juga MD. Bacaan juga beragam ada yang misalnya masih iqra bahkan sudah Alquran, jadi kita lihat dulu,” ujar Asep.
Namun, masa taaruf atau dikenal dengan MPLS di MTs Persis 51 Pamanukan itu, secara resmi dilaksanakan pada, Senin (16/7). Pada hari ketiga taaruf sendiri, siswa diajak berkeling dan melakukan taaruf dialam sekitar sekolah.
“jadi kita kenalkan pada mereka ada semacam napak tilas, seperti yang dilakukan Rasulullah SAW, saat berhijrah dulu. Bagaimanapun jalannya, ada rintangan seberat apapun tetap dilalui, ini sebagai bagian untuk menanamkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin,” tambahnya.
Selama kegiatan taaruf , para siswa tidak diperbolehkan untuk pulang. Sebab, ada pendidikan karakter serta penanaman nilai-nilai, serta perilaku pada para santri saat berada di asrama.
“Kalau malam, mereka bangun shalat tahajud, kemudian shalat berjamaah. Yang terpenting para siswa bisa saling mengenal, tidak hanya saat kegiatan formal semata,” ungkapnya.
Asep berharap dengan adanya kegiatan taaruf ini, para siswa bisa menanamkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin, ketika belajar serta beribadah. Bahkan kata Asep, setelah taaruf dan nanti mulai masuk kegiatan belajar formal, para siswa mulai bisa hidup mandiri. (ygi/dan)