”Anak-anak perlu dibekali keterampilan atau karakter baik melindungi diri dari heterogen. Dengan begitu, anak mampu menyaring memilah dan memilih dan berbagai konteks,” urainya.
Kepala SDN 23 Pajagalan itu mengungkapkan, ruang lingkup program pendidikan karakter Bandung Masagi terdiri atas komponen religi, budaya Sunda, lingkungan, dan bela negara.
Program pendidikan karakter Bandung Masagi komponen bela negara, kata dia, diharapkan mampu mengarahkan pembentukkan karakter peserta didik Kota Bandung yang memenuhi nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam konteks bela negara. Melalui komponen bela negara diharapkan dapat menanamkan kesadaran pelajar kota Bandung untuk membela negara yang diwujudkan dengan ketangguhan menjaga dan mengembangkan potensi wilayah di lingkungan terdekat.
”Bela negara, tidak hanya diartikan baris berbaris. Tapi siswa juga diajak mencintai karya sendiri. Mengembangkan sesuatu, mampu membuat sesuatu. Bangga dengan yang sudah dilakukan demi kebaikan. Jadi lebih banyak esensinya,” tuturnya.
Terakhir dia berharap, rancangan yang diamanatkan Perda Nomor 2 Tahun 2018 tersebut diharapkan bisa lolos dan terus dikawal. Jika Bandung Masagi diperkuat dengan Perwal, maka setidaknya Kota Bandung punya acuan untuk pengembangan. Sehingga arah pendidikan karakter tidak diseragamkan tapi bisa dipahami bisa dipahami diperhatikan semua pihak. ”Komitmen bersama bahwa ini penting,” tegasnya.
Dosen psikologi di Universitas Pendidikan Indonesia Ifa Misbach mengatakan, sasaran pendidikan karakter itu sebenarnya ke orangtua lebih dahulu. ”Sebab, orangtua adalah role model (panutan) anak,” ucap Ifa.
Di pendidikan karakter itu tanggung jawab Pendidikan itu ada di orang dewasa: orangtua dan guru. Maka harus sinergi.
Ibu satu orang anak ini berpandangan, pendidikan jangan disamaratakan seperti menitipkan sepeda. Dalam arti menitipkan anak dengan harapan si anak tersebut menjadi sosok yang baik tanpa campur tangan orangtua.
”Kalau terus bergitu, maka framing-nya tidak berubah. Pendidikan terkesan transaksional. Seharusnya orangtua terlibat. Sebab anak itu mengamati dan meniru orangtua,” ungkapnya.
Demikian juga dengan kurikulum seyogyanya dinamis bukan teks mati. Maka desain kurikulum karakter Bandung Masagi adalah desain hidup yang dinamikanya sangat tergantung dari setiap tahapan usia dan tugas perkembangan individu secara universal yang meliputi -aspek-aspek perkembangan fisik, kognitif, emosi, bahasa, sosial, konsep diri, etika dasar. Aspek-aspek moral itu harus dibentuk mulai usia anak PAUD, TK, SD, SMP, SMA dan SMK.