Diyakini Bertahan Hidup karena Ajaran Biksu Ekkapol

Baru pada hari ke-15 (8/7), empat anak berhasil dievakuasi. Esok harinya, empat anak lagi sukses dibawa keluar dari gua. Puncaknya, pada 10 Juli, empat anak tersisa dan Ekkapol berhasil diselamatkan. Ke-13 orang itu langsung dibawa ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan dan pemulihan kesehatan. Hingga kemarin, Ekkapol dan 12 anak Moo Pa masih dikarantina di rumah sakit dan tidak boleh diwawancarai wartawan.

Banyak yang menyebut suksesnya penyelamatan itu sebagai keajaiban. Bagaimana mungkin, anak-anak usia 11 sampai 16 tahun itu bisa bertahan hidup berhari-hari di dalam gua. Gelap gulita, sempit, pengap, dan dingin. Bahkan, tanpa makanan apa pun. Hanya mengandalkan tetesan air di dalam gua untuk bertahan hidup.

Tatapan orang pun kemudian tertuju pada Ekkapol Chantawong, sang asisten pelatih Moo Pa. Pengalamannya selama sepuluh tahun menjadi biksu di Kuil Phrathat Doi Wao disebut-sebut sebagai salah satu kunci dia dan 12 anak didiknya bisa bertahan hidup.

’’Saya kenal Ek (sapaan Ekkapol, Red) sejak dia menjadi biksu di kuil ini. Dia anak baik, suka menolong, dan pintar,’’ kata Tan Thaptim, pemilik toko liontin di kompleks Kuil Phrathat Doi Wao, Kamis (12/7).

Phrathat Doi Wao adalah kuil terbesar di Distrik Mae Sai. Letaknya di atas bukit. Persis di perbatasan Thailand dan Myanmar. Dari sisi utara kuil itu terlihat sungai selebar 4 meter yang menjadi batas dua negara tersebut. Tampak pula pos pemeriksaan yang menjadi jalur perlintasan antara Thailand dan Myanmar.

Di Kuil Phrathat Doi Wao itulah kisah hidup Ekkapol di Thailand dimulai. Ekkapol berasal dari suku Shan di Myanmar. Dia sudah menjadi yatim piatu pada usia 10 tahun. Ketika itu, pada 2003, wabah penyakit menyerang desa tempat tinggalnya. Puluhan orang meninggal, termasuk ayah, ibu, dan adik laki-lakinya. Hanya Ekkapol yang selamat.

Dia lantas ikut bibinya menyeberang ke Thailand. Lalu, pada usia 12 tahun, Ekkapol dimasukkan ke Kuil Phrathat Doi Wao untuk menjadi biksu. Namun, setelah satu dekade, Ekkapol memutuskan untuk menjadi orang biasa. Dia banting setir menggeluti sepak bola dan mengantarkannya menjadi asisten pelatih di klub Moo Pa, akademi sepak bola terbaik di Distrik Mae Sai.

Tinggalkan Balasan