”Survei hanya menjadi gambaran (deskripsi) keadaan. atau peluang kemungkinan terjadi (analisis inferensia). Survei berupa sample persepsi sehingga dalam mengukur elektabilitas (keterpilihan) masih terdapat undecided voters (responden yang belum menentukan jawaban/pilihan),” jelasnya.
Dengan kata lain masih terdapat kemungkinan berubahnya hasil survei akibat sebaran undecided voters dan kondisi lapangan tersebut. Sebagaimana hasil quick count di Indo Barometer pada Pilgub Provinsi Jawa Barat menghasilkan perolehan suara masing-masing paslon sebagai berikut; M Ridwan kamil-Uu Ruzhanul Ulum (32,41persen), Tb Hasanuddin-Anton Charliyan (12,95 persen), Sudrajat-Ahmad Syaikhu (28,54 persen), dan Deddy Mizwar-Dedi mulyadi (26,10 persen).
Asep menambahkan, dari pelaksanaan Pilkada serentak yang dilakukan di 171 wilayah, di antaranya 17 provinsi dan sebanyak 154 Kabupaten / Kota di Indonesia. ”Dari 17 provinis tersebut Pilkada di Jabar menjadi pusat perhatian public. Karena Jabar tergolong kuat dan karena provinsi Jabar pun mempunyai jumlah penduduk, sekaligus jumlah pemilih paling besar apabila dibandingkan dengan provinsi lain.”
”Dan selain itu, suasana politik di Jabar pun tergolong kurang dinamis akibat perbedaan hasil survei dengan perhitungan cepat pada saat menjelang dan pada saat proses Pilkada di Jabar menunjukkan perbedaan yang akhirnya banyak dipermasalahkan oleh bebera pihak,” tutupnya. (mg2/ign)