KISAH hidup imam besar The Panas Dalam Pidi Baiq memang menarik untuk dikupas. Penulis sekaligus musisi ini telah menghasilkan banyak karya. Nama Pidi Baiq pun semakin melejit berkat novel karangannya Dilan 1990 diangkat ke layar lebar. Film ini sukses dan menjadi film terlaris sepanjang perfilman Indonesia.
Melihat fenomena tersebut, 69 Production pun bekerjasama untuk mewujudkan karya film yang diangkat dari pengalaman kuliah seniman sebesar Pidi Baiq.
Film ini akan menampilkan kehidupan mahasiswa senirupa ITB yang terjadi pada era tahun 1995 hingga dimulainya era reformasi pada tahun 1998, dibalut dengan sajian-sajian humor yang segar.
Film yang didukung oleh profesional perfilman dari Bianglala Productions dan The Panasdalam Movie, diharapkan dapat memeriahkan industri perfilman yang sekarang semakin semarak.
Pidi baiq mengatakan, ini merupakan cerita nyata yang terjadi antara tahun 1995 sampai 1998, di masa pemerintahan Orde Baru sedang digoyang oleh adanya gerakan mahasiswa yang menuntut terjadinya reformasi. Di mana di saat yang sama terdapat lima orang mahasiswa senirupa ITB yang memiliki cara lain di dalam menyikapi situasi dan keadaan Indonesia di masa itu. Ketimbang ikut-ikutan demo, mereka memilih memisahkan diri dari NKRI dan mendirikan sebuah negara sendiri berukuran 8x10m di lantai dua gedung Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB (FSRD-ITB). ”Negara itu diberi nama Negara Kesatuan Republik The Panasdalam. Penduduknya sebanyak 18 orang, yang tak lain adalah kawan-kawan mereka sendiri,” ujar Pidi Baiq kepada Jabar Ekspres di café The Panas dalam, belum lama ini.
Pidi Baiq kemudian mengangkat dirinya sendiri sebagai imam besar The Panasdalam. Imam besar The Panasdalam memiliki hak penuh di dalam memilih dan menentukan presiden. Presiden yang terpilih saat itu adalah Deni Rodendo. Alasan Imam besar memilih Deni adalah karena Deni dianggap satu-satunya presiden di dunia yang hapal nama penduduknya.
Imam besar juga membentuk Dewan Syuro untuk menjadi partner di dalam menentukan arah kebijakan negara The Panasdalam. Ketua dewan syuro yang diangkat oleh Imam Besar pada saat itu adalah Ninuk. Alasan memilih Ninuk adalah, karena Ninuk mau menjadi ketua Dewan Syuro.