Sudah Diingatkan Malah Bertaruh Nyawa

Tidak pernah terbayangkan bagi para pendaki ini menyaksikan langsung letusan Gunung Merapi tepat di hadapan mereka. Seakan masih tidak percaya kalau akhirnya mereka selamat dari maut. Padahal, bayang-bayang kematian sudah berada di depan mata. Seperti apa kisah mereka bisa selamat?

TRI WIDODO, Boyolali

PAGI itu, pendaki sedang bersantai menikmati suasana pagi di atas ketinggian sambil menyeruput kopi. Ada juga yang sedang memasak bekal untuk sekadar mengganjal perut.

Setelah satu jam menikmati pemandangan Merapi dari puncak sambil bersantai, mereka pun mulai turun ke pasar bubrah. Lokasi ini semestinya menjadi titik terakhir pendakian. Namun, masih ada pendaki yang nekat ingin sampai ke puncak.

Saat berjalan akan turun itulah, tiba-tiba gunung bergetar diikuti suara menggelegar.  Sontak saja, melihat tanda-tanda tak beres pada gunung teraktif di dunia itu, dia dan rombongan langsung panik dan pontang-panting untuk segera mempercepat turun dari puncak. Bahkan karena panik, beberapa pendaki sempat terjatuh hingga lecet pada beberapa bagian tubuh.

“Ada belasan pendaki yang di puncak sebelum terjadi letusan. Ada juga pendaki yang pingsan, mungkin karena syok,” tutur Zaenal Arifin, salah satu pendaki selamat.

Dia mengaku sebelum mendaki ke puncak, dia dan rombongan sebenarnya sudah diperingatkan pemandu agar tidak mendaki ke puncak. Menurut informasi dari sang pemandu, beberapa waktu terakhir ini bau belerang sangat menyengat dan gemuruh kawah Merapi terdengar lebih keras dari biasanya.

”Kami juga sebenarnya tahu kalau dilarang mendaki ke puncak. Untung masih diberi selamat. Ini jadi pembelajaran untuk kita agar mematuhi peraturan,” ujarnya sambil menghela nafas panjang.

Berbeda yang dialami Fajar Sidiq, pendaki lainnya. Saat gemuruh yang disertai kepulan asap tebal itu terjadi, dia tengah berada di camp kawasan pasar bubrah. Jurus seribu langkah pun langsung dia keluarkan bersama rekan-rekannya untuk mencari tempat perlindungan.

Lima belas menit kemudian setelah gemuruh mereda, baru mereka kembali ke pasar bubrah untuk packing dan turun. “Begitu ada letusan, kita semua langsung lari. Cari aman dululah,” ujarnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan