Nyak Sandang, Penyumbang Pembelian Pesawat Pertama Indonesia

Bersama warga lain, Nyak Sandang berkumpul mendengarkan pidatonya. Intinya, memberi tahu kedatangan Soekarno ke Aceh yang meminta warga menyisihkan uang demi membeli pesawat.

Sepulang Daud, ulama setempat yang berpengaruh, Abu Disabang, mengimbau warga untuk mengumpulkan dana. Keluarga Nyak Sandang akhirnya sepakat menjual sepetak kebun dan emas tadi.

Presiden Soekarno, mengutip hariansejarah.id, pun menerima sumbangan dari masyarakat Aceh sebanyak SGD 120 ribu dan 20 kg emas murni untuk membeli dua pesawat terbang. Dua pesawat pertama Indonesia itu diberi nama Seulawah R-001 dan Seulawah R-002.

Nama Seulawah disematkan untuk mengenang pemberian masyarakat Aceh. Sekarang pesawat tersebut berada di Taman Mini Indonesia Indah.

Dua pesawat tersebut, mengutip Wikipedia, merupakan cikal bakal maskapai Garuda Indonesia Airways (kini Garuda Indonesia). Keduanya termasuk jenis Dakota DC-3. Panjang badan 19,66 meter dan rentang sayap 28.96 meter. Kecepatan terbangnya maksimum 346 km/jam.

Setelah pembelian pesawat tersebut, keluarga Nyak Sandang tidak pernah mengungkit lagi. Sebab, sejak awal mereka ikhlas. Sementara itu, surat obligasi terbitan 1950 sebagai bentuk apresiasi dari pemerintah disimpan hingga warnanya sudah menguning.

Kontribusi Nyak Sandang tersebut akhirnya terungkap kembali ke publik setelah Maturidi mengunggahnya di grup percakapan ATC. ATC pusat lalu menindaklanjuti. Dengan bantuan publikasi media lokal di Aceh, nama Nyak Sandang kian luas diperbincangkan.

Sebuah stasiun televisi di Jakarta kemudian mengundangnya ke ibu kota untuk acara bincang-bincang pada Selasa lalu (20/3). Jadilah, hampir tujuh dekade setelah ikut menyumbang pembelian pesawat pertama Indonesia, Nyak Sandang untuk kali pertama naik burung besi milik sebuah maskapai penerbangan swasta.

’’Dua jam perjalanan dari rumah ke bandara. Dari Aceh ke Jakarta dua setengah jam,’’ jelas Khaidar.

Setiba di ibu kota, sebenarnya belum ada kejelasan apakah bisa bertemu dengan Jokowi. Namun, sejak berangkat dari Aceh, Nyak Sandang yakin bahwa dirinya akan bertemu mantan wali kota Solo dan gubernur Jakarta tersebut.

Akhirnya, kabar yang ditunggu Nyak Sandang itu pun datang. Jokowi bersedia menemuinya pada Rabu sore, tepatnya pukul 18.00. Khaidar ingat betul betapa wajah sang ayah berbinar mendengar kabar tersebut. ’’Ketemu Pak Jokowi cuma 5 menit karena beliau ada acara lagi,’’ ujarnya.

Tinggalkan Balasan