Tiga pilar penting pendidikan anak di Zaman Now

Untuk mencapai kemakmuran sebuah negara, maka yang pertama adalah memulai kemakmuran dalam keluarga. Pendidikan sebaik apapun, jika bibit-bibit yang dimasukan itu bermasalah dalam keluarga, maka ketercapaian kemakmuran hanya akan menjadi mimpi semata.

Sebagai orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dan berkedudukan sebagai seorang guru, penulis tentunya mempunyai pengalaman terkait dengan prestasi yang dicapai oleh seorang siswa karena faktor dalam keluarganya. Selain itu, tidak sedikit masalah yang timbul dari diri seorang peserta didik yang diakibatkan dari ketidakbaikan lingkungan dalam keluarga.

Kemudian, apabila seorang anak didik yang sudah terlanjur masuk dalam jenjang pendidikan sekolah dan dan ternyata mempunyai masalah dalam keluarganya, kiranya solusi apa yang tepat untuk dilakukan. Hal ini harus menjadi perhatian khusus baik dari pihak sekolah maupun orang tuanya. Diperlukan komunikasi dua arah yang baik antar pihak sekolah dengan keluarganya di rumah. Keluarga di sini tidak mutlak ayah atau ibu saja, tapi bisa juga anggota keluarga yang lain, dimana seorang anak itu tinggal sehari-hari. Komunikasi antar sekolah dengan wali murid terutama untuk para anak didik yang bermasalah itu sangat diperlukan. Diperlukan keterbukaan dan juga kerjasama antara orang tua dan juga pihak sekolah. Tidak sedikit orang tua yang masih tidak menerima jika anaknya ditegur ataupun diluruskan oleh pihak sekolah.

Kebanyakan pertemuan antara orang tua dan pihak sekolah itu terjadi hanya pada saat pertama memasukan anak ke sekolah, saat mengambil hasil ujian, dan juga pada saat serah terima kembali siswa kepada orang tuanya. Jika dihitung selama menempuh pendidikan di sekolah, orang tua siswa bertemu dengan pihak sekolah hanya terjadi 2 kali setahun atau 6 kali selama menempuh pendidikan selama tiga tahun di jenjang SMP. Pertemuan yang sangat-sangat kurang, akibatnya sering terjadi kesalahpahaman dalam pola mendidik siswa.

Untuk memperbaiki hal itu, maka pihak sekolah wajib merancang sebuah agenda kegiatan yang harus lebih melibatkan keluarga atau wali murid dalam pembelajaran. Tidak hanya setahun dua kali, orang tua siswa bisa hadir ke sekolah kapan saja, baik saat terjadi permasalahan ataupun tidak. Komunikasi yang terjalin ini diharapkan mampu meminimalisir permasalahan dari siswa. Banyak kenakalan yang ditimbulkan oleh peserta didik, hanya untuk menarik perhatian dari orang tua ataupun pihak sekolah.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan