Pengungsi juga terdapat di Masjid Argadinata RW 08 Kampung Bolero, sebanyak 19 Jiwa. Di Masjid Ash Shofia RW 10 Kampung Kaum sebanyak 125 jiwa. Kantor RW 02 Kampung Citeureup sebanyak 8 23 jiwa, Kantor RW 01 Kampung Babakan Sangkuriang sebanyak 36 jiwa, dan di parkiran RW 02, Kampung Citeurep sebanyak 45 jiwa.
”Sementara sarana prasarana umum yang terendam ada SDN Bojong Asih 1 dan 2 di Kampung Bojong Asih dan SDN Dayeuhkolot 7 dan 10 di Kampung Bolero, Kantor Desa Dayeuhkolot dan puskesmas Dayeuhkolot,” jelasnya.
Salah seorang warga Jalan Mama Yuda, Desa Dayeuhkolot, Diyah Wahyuningsih, 56, mengungkapkan, air kembali meluap sejak sekitar pukul 21.00. Hingga saat ini, air belum surut. Sebab, debit air di sungai Citarum masih tinggi.
”Sekarang kami sudah tidak bisa ngapa-ngapain dari semalam,” ungkap Diyah.
Sementara itu, Ketua Komite Peduli Jawa Barat Lili Muslihat mengungkapkan, saat ini bukan hanya bencana banjir, namun banjir bencana. Sebab, banjir di Kabupaten Bandung tidak lagi menjadi tahun. ”Saat ini banjir hampir setahun tiga kali. Selain banjir, di Kabupaten Bandung ini ada sejumlah bencana yang menjadikan rusaknya lingkungan, yakni puting beliung, kebakaran, dan erosi,” papar Lili.
Lili berharap, siapapun yang turun dan menangani harus konsisten terlebih dulu kepada tata ruang. Menurut dia, di Kabupaten Bandung masih banyak pelanggaran tata ruang. ”Sanksinya tidak pernah jelas. Dan itu kuncinya, agar permasalahan ini bisa tuntas apalagi akan dievaluasi oleh Presiden Jokowi selama enam bulan sekali, berarti penataannya harus benar,” tandasnya.
Sementara itu, hujan yang turun Kamis malam tidak hanya merendam tiga kecamatan di Kabupaten Bandung. Hujan juga diketahui merusak tanggul Cironggeng sepanjang hampir 20 meter di RT 01/RW 04, Kota Bandung. ”Hampir semua barang rusak terendam air dan lumpur,” ujar Ida, 34.
Menurut Asep, Ketua RW 04 banjir disertai tanah lumpur paling parah terjadi sekitar pukul 22.00 hingga 23.30. Ketinggian air mencapai 70 sentimeter berarus deras berasal dari aliran sungai Cironggeng membuat warga panik dan menyelamatkan diri ke jalan raya (Cingised).
”Karena panik, warga berhamburan keluar rumah dan menuju jalan raya hingga barang-barang di rumah terendam air dan lumpur tanpa bisa diselamatkan,” terang Asep.