Padang – Sekitar 70 persen pemilik media cyber berasal dari wartawan surat kabar. Berbagai faktor yang mendorong pelaku pers lari dari surat kabar menuju online. Mulai dari surat kabar tidak maju, pimpinannya kurang inovatif dan tidak bisa diandalkan hingga masalah kesejahteraan.
”Untuk mendirikan sebuah media online tidak menghabiskan dana yang besar. Biayanya cukup Rp 11 juta, pendapatan bisa tembus Rp 10 juta. Bekerjanya bisa sendirian, dibantu istri atau anaknya masih kuliah. Kondisi ini dianggap lebih baik daripada bekerja di perusahaan media cetak yang gajinya, misalnya hanya Rp 2 juta atau di atasnya, atau bahkan tidak digaji,” papar tokoh pers, Dahlan Iskan, saat Konvensi Nasional Media Cetak dalam rangka Hari Pers Nasional 2018, di Hotel Grand Inna Padang, kemarin (8/2).
Mantan CEO Jawa Pos (Jabar Ekspres Group) itu menilai keputusan melahirkan media online seperti itu adalah langkah yang terbaik untuk saat ini. ”Silakan saja, masing-masing keluar dari medianya dan mendirikan dot com sendiri-sendiri. Sebab, sekecil-kecil pendapatannya dari dot com, masih lebih besar dari gajinya yang Rp 2 juta misalnya. Bisa pula membanggakan diri sebagai bos dot com, pemilik media itu. Eksistensinya sebagai wartawan juga terawat,” terang Dahlan.
Konvensi bertajuk ”Iklim Bermedia yang Sehat dan Seimbang serta Mempertahankan Eksistensi Media Massa Nasional dalam Lanskap Informasi Global terhadap Persaingan Usaha Media Pascarevolusi Digital itu juga dihadiri Menteri Kominfo Rudiantara, Menteri Keuangan Sri Mulyani, tokoh pers dan ratusan wartawan se-Nusantara.
Kondisi ini juga perlu dikhawatirkan media cetak. Sebab, ke depan bisa saja akan lebih banyak wartawan dan redakturnya berhenti bekerja untuk mendirikan media online. ”Ini tantangan media cetak. Itu menurut saya biasa saja. Karena perubahan akan terus berjalan. Pada akhirnya, persaingan ini akan sangat bebas,” ucap mantan Menteri BUMN ini.
Dahlan mengingatkan lakukan apa yang penting Anda lakukan saat ini. Yang penting niatnya baik, untuk menghidupi anak, istri dan keluarga, menjaga eksistensi diri sebagai wartawan. ”Jangan memeras, melanggar kode etik jurnalistik,” tegas Dahlan Iskan.