CIMAHI – Terus menaiknya harga daging ayam di pasaran membuat Persatuan Pasar dan Warung Tradisonal (Pesat) Bakti Bangsa mengeluarkan surat himbauan kepada seluruh pedagang daging ayam untuk melakukan mogok berjualan.
Himbau tersebut beredar dalam bentuk surat yang diberikan secara berantai untuk melakukan pemogokan produksi penjualan daging ayam se-Bandung Raya.
Menanggapi hal ini sejumlah pedagang mengaku bingung. Sebab, bila tidak berjualan dipastika tidak akan ada pemasukan.
pemogokan akan dilakukan dari Jumat 19 Januari 2018 sejak pukul 05.00 WIB hingga Minggu 21 Januari 2018 pukul 18.00 WIB.
Neni Rukmini, 42, salah satu pedagang ayam di Pasar Atas Cimahi mengungkapkan, sebetulnya aksi mogok berdagang sendiri malah akan merugikan. Sebab, dengan berhenti berjualan, maka tidak ada pemasukan. Untuk itu, dia belum bisa memastikan akan ikut aksi atau tidak. Pasalnya, aktifitas berjulanannya tergantung suplai dari tingkat peternak.
“Ada barang tetap jualan. Kalau suplai gak ada, kemungkinan gak dagang,” ujar Neni.
Diakuinya, jika ada aksi mogok, biasanya harga jual daging ayam malah semakin melonjak, dan bisa mencapai hingga Rp 45.000 per kilogram. Apalagi, akhir-akhir ini suplai ayam dari tingkat peternak berkurang.
’’Ayamnya agak susah. Kemarin juga telat. Di PT (perusahaan peternak) ngantri, jadi datangnya agak siang,” ujarnya.
Jika harga sedang normal, lanjut Neni, dalam sehari suplai daging ayam yang diterimanya mencapai 1,5 kwintal. Namun, disaat harga dan pasokan yang tak menentu, kuota daging ayam yang diterimanya hanya 1 kwintal per hari.
’’Kalau harga dari supliernya itu Rp 27.300 per kilogram, sementara harga jual liat situasi juga,’’ ungkapnya.
Sementara itu Ketua Koperasi Pesat Bakti Bangsa Iim Ruhimat saat dikonfirmasi terkait adanya sebagian pedagang yang mengeluhkan aksi mogok tersebut, mengaku surat edaran tersebut bukan sebagai intervensi, tapi hanya mewadahi kemauan mayoritas para pedagang.
’’Itu keinginan para pedagang. Karena sudah empat bulan lebih harga ayam mahal dan banyak pedagang yang merugi. Sekarang hampir 30 persen pedagang pada berhenti berjualan,’’ katanya, saat dihubungi melalui telepon, Rabu (17/1/2018).
Iim menjelaskan, rencana aksi mogok berjualan tersebut dipicu oleh kenaikan harga yang semakin hari semakin tinggi. Tidak hanya itu, lanjutnya, aksi mogok juga sebagi peringatan kepada pemerintah yang tidak dapat mengendalikan harga daging ayam.