Posisi Cagub Jabar Belum Klir

Terpisah, Wakil Sekjen Pemenangan Pemilu Partai Golkar Ratu Dian Hetifah membenarkan, Dedi Mulyadi telah menjalin kesepakatan bersama dengan Demiz untuk berduet dalam pilgub Jabar. Namun, sampai kemarin belum ditentukan siapa yang akan mendapatkan posisi cagub atau cawagub.

”Saat ini masih dilakukan komunikasi intensif antara Dedi Mulyadi dan Deddy Mizwar,” kata Ratu saat dihubungi, kemarin.

Ratu menjelaskan, DPP telah memberi mandat kepada Dedi sebagai calon pilihan Golkar untuk melakukan komunikasi untuk membentuk koalisi di Jabar. Dalam hal ini, DPP juga memberikan keleluasaan terhadap posisi pencalonan Dedi dalam koalisi nanti. ”DPP Partai Golkar memberi kesempatan kepada Dedi baik sebagai Jabar I (cagub) ataupun Jabar II (cawagub),” kata Ratu.

Ratu menilai, koalisi Partai Golkar dengan Partai Demokrat dalam pilgub Jabar bisa saja bertambah. Selain berkomunikasi dengan Demiz, Dedi juga menjalin komunikasi dengan partai lain untuk bergabung. ”Saat ini Hanura sedang dicoba oleh Dedi,” jelasnya.

Ratu optimistis, koalisi Partai Demokrat saat ini adalah langkah kongkrit. Apalagi, Partai Golkar memiliki 17 kursi di DPRD Jawa Barat, ditambah dengan elektabilitas kedua calon yang diperhitungkan dalam berbagai survei.

”Kami yakin Dedi Mulyadi mampu memberikan harapan bagi Partai Golkar mewujudkan kontestasi pilkada untuk menang,” tandasnya.

Sementara itu, Presien Joko widodo mengingatkan masyarakat agar tidak terlalu larut dalam hajatan politik dua tahun ke depan. Baik Pilkada 2018 maupun Pemilu 2019. Dia mengingatkan, pada 2018 Indonesia akan menggelar pilakda serentak yang diikuti 171 daerah.

’’Jangan sampai pilihan berbeda karena demokrasi yang kita jalankan menjadikan (kita) pecah dan tidak rukun lagi. Jangan,’’ ujar Presiden di Bandung kemarin (28/12).

Bagaimanapun, kata dia, konsep utama yang harus dipegang adalah rasa persaudaraan sebagai sebuah bangsa. Jokowi mengingatkan, tetangga yang berbeda pilihan politik itu bagaimanapun juga merupakan saudara sebangsa dan setanah air.

’’Silakan pilih pemimpin negara yang paling baik, setelah itu kita kembali jadi saudara sebangsa setanah air,’’ lanjutnya.

Sehingga, tidak perlu sampai terjadi konflik horizontal antarwarga akibat calon pilihannya menang atau kalah dalam pemungutan suara. ’’Jangan sampai tidak saling sapa tetangga, antarkampung, antarteman, jangan,’’ tambah mantan Wali Kota Solo itu. (lum/bay/byu/rie)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan