Menapaktilasi Inspirasi Bunda Teresa di Mother House

Anak-anak asuhan Mother House dididik mandiri sejak dini. Dalam sehari para relawan dapat jatah dua kali melayani.

DEBORA DANISA SITANGGANG, Kalkuta

TIBA-tiba saja bocah lelaki itu menclok ke Jawa Pos (Jabar Ekspres Group). Menggelayut manja sembari berulang-ulang mengajukan pertanyaan.

’’Tu nam ki hai?’’ tanya bocah bernama Anjali itu dalam bahasa Bengali.

Ternyata, dia menanyakan nama. Pertanyaan yang sama diajukan bocah-bocah lain, laki-laki maupun perempuan, kepada Linnea Bergdahl, relawan lain, yang baru hari itu tiba di Nirmala Shishu Bhavan, Kalkuta.

Sabtu pagi lalu itu (23/12) adalah hari pertama Jawa Pos, Bergdahl, dan dua volunteer dari Korea Selatan, Ra Yejin serta Hwang Seong-eun, bertugas sebagai relawan di Nirmala Shishu Bhavan. Tempat itu merupakan bagian dari jaringan Missionaries of Charity alias Mother House, gerakan kemanusiaan yang didirikan Bunda Teresa pada 1950.

Nirmala dikhususkan untuk anak-anak yatim piatu. Dua tempat lainnya di kota yang sama, Kalighat dan Prem Dan, masing-masing diperuntukkan bagi warga sepuh serta anak-anak berkebutuhan khusus.

Total ada 46 anak yang tinggal di Nirmala Shishu Bhavan. Sebenarnya tak semua yatim piatu. Ada juga yang dititipkan di sana oleh orang tuanya karena saking miskinnya sehingga tak mampu merawat. Lebih baik anak-anak malang itu tidur di panti asuhan daripada di jalan, sesuatu yang banyak dijumpai di sudut Kalkuta yang dihuni lebih dari 4,5 juta jiwa tersebut.

Anak-anak itu biasanya dibagi jadi tiga kelompok. Di ruang Rabbit, Flower, dan Bird. Ada satu ruangan lagi khusus untuk makan.

Anjali dan rekan-rekannya yang langsung akrab dengan kami berada di ruang Rabbit pada Sabtu pagi itu. Oleh suster yang bertugas, kami berempat memang dibagi menjadi dua tim.

Yejin dan Linnea ikut ke tempat cuci baju. Sedangkan dua lainnya ikut ke ruang anak-anak.

Masuk melalui ruangan penuh ranjang kecil, kami sampai di depan kamar Rabbit. Ada 16 anak yang bermain-main di sana, bersama satu pengasuh yang mereka panggil masi. Dan, begitu melihat kami, itu tadi, langsung menggelayut manja.

Tinggalkan Balasan