Menapaktilasi Inspirasi Bunda Teresa di Mother House

Untuk anak-anak seperti itulah dulu Bunda Teresa hadir. Yang kemudian diteruskan lewat Mother House dan berusaha kami, para relawan, napak tilasi.

Tentu saja tak mudah. Setidaknya untuk tidak mengeluh. Menjaga anak-anak tersebut, misalnya, agak sulit karena kami tidak tahu apa maunya mereka. Ada kendala bahasa. Sebab, kami para relawan yang datang dari berbagai negara dengan berbagai latar belakang rata-rata tak menguasai bahasa Bengali.

Selain menjaga dan mengantar anak-anak tersebut, para relawan harus membantu memberi makan serta mencuci piring. Juga, mencuci serta menjemur seprai dan memasangnya di kasur.

Yang paling menguras energi adalah mencuci. Kami harus menjemur seprai-seprai dan baju anak-anak di puncak bangunan, di lantai 4. Tangganya pun cukup jauh dari tempat mencuci, sekitar 40 meter.

Yang membuat kagum, dengan segala karakter mereka, para suster dan masi di Mother House berhasil menanamkan nilai penting: kemandirian. Saat makan, contohnya, semua anak, tak peduli berapa usianya, akan makan sendiri. Tidak disuapi.

Betapa mereka sudah diajari untuk mandiri sejak masih kecil. Meskipun seringkali para masi memang menggunakan cara dan kata-kata yang agak kasar untuk membuat mereka patuh serta tertib.

Kalau Nirmala Shishu Bhavan selalu ramai dengan cekikikan anak-anak, di Nirmal Hriday Kalighat, keramaian biasanya muncul dari suara musik India yang disetel para suster dan pengasuh.

Volunteer perempuan diberi tugas merawat nenek-nenek. Ada 26 perempuan lanjut usia yang tinggal di Nirmal Hriday. Mereka semua beristirahat dalam satu ruangan besar, di atas kasur biru kecil yang disusun berjajar.

Lokasi Nirmal Hriday termasuk yang paling jauh. Dibutuhkan 40 menit jika naik bus dari Mother House, 20 menit dengan kereta bawah tanah. Gedungnya bersebelahan dengan Kuil Kalighat.

Dalam sehari, para pekerja sukarela di Mother House punya dua jadwal untuk melayani. Pagi setelah misa dan sore. Mereka bisa memilih salah satu saja, semacam ganti sif. Terutama untuk relawan yang dapat lokasi jauh seperti Kalighat.

Kami datang ke Nirmal Hriday pada Minggu sore lalu itu (24/12). Saat para penghuni sedang menanti makan sore. Tentu cara kami menghadapi para nenek sangat berbeda dengan cara mengasuh anak-anak yang butuh kegesitan.

Tinggalkan Balasan