”Pasangan ketiga itu yang belum pasti. PKS dan Demokrat punya calon Deddy Mizwar dan Ahmad Syaikhu. Tapi Gerindra mencoba menarik PKS dan mengajukan Mayjen (Purn) Sudrajat (Mantan Kapuspen TNI) berpasangan dengan partai koalisinya,” urainya.
Lembaga Survei Indo Barometer juga menilai, tindakan koalisi Ridwan Kamil yang saling mengancam akan cabut dukungan merupakan manuver politik sebagai upaya sistematis menghalangi Ridwan Kamil melaju di Pilgub Jabar.
”Saya lihat ada upaya-upaya yang sistematis dari kelompok-kelompok yang menginginkan Ridwan Kamil tidak maju menjadi bakal calon Gubernur Jawa Barat. Ya, seperti ancaman cabut dukungan dari partai politik anggota koalisi RK,” tutur Peneliti Senior dari Lembaga Survei Indo Barometer Hadi Suprapto Rusli kepada Jabar Ekspres, kemarin.
Dia mencontohkan, tindakan pencabutan dukungan oleh DPP Partai Golkar. Menurut dia, manuver tersebut diduga merupakan upaya menghalangi Ridwan Kamil.
”Iya saya lihat perubahan manuver politik Partai Golkar ini sangat kuat manuver yang bertujuan agar RK (Ridwan Kamil) tidak bisa maju, mengingat juga Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi pun kuat didorong oleh kadernya untuk maju di Pilgub Jabar 2018,” jelasnya.
Manuver penjegalan ini dilakukan, kata dia, karena rival politik Ridwan Kamil mengakui jika Emil merupakan lawan yang sulit sulit dikalahkan di Pilgub Jabar 2018. Mengingat dari segala aspek, Ridwan Kamil memiliki nilai yang paling unggul dibandingkan rival politiknya yang lain. Seperti elektabilitas, kesukaan hingga popularitas yang nilainya sangat tinggi dibandingkan yang lainnya sampai saat ini.
”Lawan politik Ridwan Kamil ini sangat tahu betul jika Ridwan Kamil diserang melalui kinerjanya tidak akan menang. Sehingga, kelompok-kelompok yang tidak suka dengan Emil memilih strategi penjegalan ini,” ungkapnya. (mg2/ram/rie)