BANDUNG – Ketika Cagub “Tumaritis” berkampanye, salah satu kalimat yang terungkap adalah janji menaikkan honor PPK dan Panwascam seratus kali lipat. Khalayak pun berteriak, hoyaaah! Sebagian lagi berseru lantang: waduuul (bohong)!.
Kejadian itu adalah simulasi yang dilakukan Ketua Bawaslu Jawa Barat, H. Wasikin Marzuki. Dia berperan sebagai Cagub Tumaritis, dan Panwascam berperan sebagai khalayak. ”Itu adalah latihan, agar Panwascam bersikap tegas terhadap setiap pelanggaran pemilu,” kata Wasikin saat menyampaikan “tausiyah” kepada peserta Bintek Terpadu Pemutakhiran Data Pemilih untuk KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, Panwas Kabupaten/Kota, PPK dan Panwascam se Jawa Barat di Hotel Harris, Jalan Peta Bandung (21/12).
Ketegasan dilakukan tidak hanya terhadap peserta, tetapi juga penyelenggara pemilu. “Saya juga akan menindak tegas anggota Panwascam yang melanggar aturan, termasuk yang memposting ujaran kebencian di media sosial, agar tidak merembet ke orang lain,” katanya sambil mengingatkan peserta bintek untuk tidak terlibat penyebarluasan hoax. “Hoax tidak akan laku,” tegasnya lagi.
Terkait kegiatan bintek yang diselenggarakan KPU Jabar, Wasikin sangat mengapresiasi. “Bintek bukan untuk mengadu kekuatan, tetapi sebaliknya, agar PPK dan Panwascam bisa bekerja secara sinergis sekaligus sebagai media ukhuwah insaniyah,” sebutnya. Dengan demikian, para peserta bisa saling mengenal, meminta nomor HP, berukar informasi status, dan selanjutnya menyamakan persepsi saat bertugas di lapangan.
Keharmonisan ini diharapkan Wasikin bisa diturunkan ke PPS dan PPL, serta antara petugas TPS dengan pengawas TPS. Hal ini penting, karena DPT sempurna seperti yang diharapkan bukan pekerjan ringan. “Selain keharmonisan, kita juga membutuhkan pejuang-pejuang demokrasi dan bukan pekerja demokrasi,” katanya sambil kembali menegaskan bahwa pemilu di Jawa Barat akan baik manakala PPK dan Panwascamnya baik pula.
Sementara itu Wakapolda Jabar Brigjen Pol. Supratman menyebutkan, provokasi dan berita hoax, menjadi salah satu penyebab konflik dalam pilkada di berbagai daerah. Selain itu sikap mental “siap menang dan tidak siap kalah”, juga bisa menjadi pemicu pertikaian.
Wakapolda juga mengidentifikasi faktor-faktir lain yang memincu pertentangan, yakni demokrasi belum dewasa, kebebasan yang kebablasan, kecurangan, penyelesaian masalah yang tidak adil, provokasi atau hoax, selisih suara yang tipis, sikap masyarakat yang temperamental, pertentangan elit politik, serta ketidaksiapan aparat keamanan. Namun di tengah-tengah potensi tadi, Brigjen Pol. Supratman mengaku, sebenarnya warga Jawa Barat sangat menghargai siapapun pemenangnya. Masyarakat pada umumnya mampu menjaga keamanan lingkungannya.