jabarekspres.com, NGAMPRAH – Untuk memberikan semangat dan perhatian kepada penyandang Disabilitas Tuna Daksa, Dinas Sosial Kabupaten Bandung Barat (KBB) membagikan kaki palsu.
Kepala Dinas Sosial KBB Heri Partomo menyatakan, Saat ini, Dinsos masih melakukan pendataan dan pengukuran untuk pembuatan kaki palsu agar pada 7 Desember 2017 sudah dibagikan bersamaan dengan Hari Disabilitas Internasional.
Dirinya menyebutkan, pihaknya menyiapkan 10 kaki palsu. Namun, saat pengukuran kemarin, hanya 5 penyandang Disabilitas yang datang ke Kantor Dinsos KBB.
“Kita siapkan untuk 10 orang. Mereka berasal dari Cipongkor, Batujajar, Padalarang, hingga Rongga,” jelas Heri ketika ditemui kemarin (20/11)
Heri menuturkan, mereka menyandang disabilitas karena berbagai faktor, seperti kelahiran, kecelakaan, dan penyakit. Bantuan tersebut diharapkan dapat membantu memudahkan mereka menjalani aktivitas.
Pihaknya juga terus melakukan pendataan para penyandang disabilitas, baik ringan hingga berat. Hingga kini, tercatat sekitar 6.000 penyandang disabilitas, di antaranya tunanetra, tunarungu, down syndrome, celebral falsy, tunadaksa, dan tunagrahita.
Dalam waktu dekat, para penyandang disabilitas ini akan mendapatkan bantuan dari Dinas Sosial.
“Besarnya Rp 300.000/bulan selama 10 bulan. Untuk tahap awal, ini baru diberikan untuk 79 orang,” katanya.
Heri juga meminta agar masyarakat tidak memandang sebelah mata terhadap para penyandang disabilitas ini. Sebab, mereka membutuhkan penerimaan dan penghargaan dari masyarakat untuk menumbuhkan semangat hidup mereka.
“Penyandang disabilitas ini juga banyak yang punya potensi. Namun jika tidak mendapatkan pengakuan, ya mereka sulit berkembang,” ujarnya.
Salah satu potensi tersebut di antaranya dimiliki Rina Susanti,24, penyandang disabilitas asal Desa Bongas, Kecamatan Cililin. Pada 2015, dia mendirikan pondok belajar bagi para penyandang disabilitas di desanya.
Masyarakat setempat pun menyambut baik kegiatan di pondok belajar tersebut. Saat ini, pondok belajar Rina memiliki anggota aktif lima orang penyandang disabilitas di desanya.Bahkan, warga nondisabilitas juga ikut bergabung dalam berbagai kegiatan di pondok tersebut.
“Kami terus mengembangkan pondok ini agar memberikan wadah khususnya bagi penyandang disabilitas agar bisa berkumpul dan belajar,” pungkasnya. (drx/yan)