Mengunjungi Desa-Desa ”Hantu” di Sekitar Sinabung

Di kawasan zona merah letusan Gunung Sinabung, warga tetap berani mengunjungi rumah, bercocok tanam, atau sekadar memancing. Pilih belanjakan uang bantuan untuk beli bibit ketimbang sewa rumah.

TAUFIQURRAHMAN, Karo

RUMPUT tumbuh setinggi lutut. Di kanan dan kiri berbaris bangunan kosong yang ditinggalkan penghuninya. Gereja, masjid, puskesmas, dan balai desa rusak serta diselimuti debu. Ditumbuhi tanaman ilalang hingga ke atap.

Menginjakkan kaki di Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut), Kamis pekan lalu (20/10) tak ubahnya memasuki desa ”hantu”. Yang tersisa tinggal bangunan-bangunan bisu yang dilatarbelakangi Gunung Sinabung. Tak berpenghuni.

Kamis siang lalu itu terkadang memang terdengar adanya aktivitas di antara rumah-rumah kayu tersebut. Tapi, setelah dihampiri, ternyata hanya suara atap seng ataupun pintu rumah yang diempas-empaskan angin. Tak ada manusia satu pun. Anjing-anjing liar pun tak tampak.

Sukanalu termasuk satu di antara sepuluh desa hantu di kawasan zona merah letusan Gunung Sinabung, Karo. Total ada 18 desa yang masuk zona tersebut. Tiga di antaranya (Bekerah, Simacem, dan Suka Meriah) bahkan sudah musnah tak tersisa.

Dengan kondisi seperti itu pun, Sukanalu bisa dibilang masih lebih beruntung. Bangunan-bangunan tetap tegak berdiri meskipun koyak di sana sini. Bandingkan dengan dua desa di lereng atasnya, Bekereh dan Simacem, yang sudah musnah ditelan lautan pasir. Cuma salib di pucuk gereja yang tampak menyembul di antara timbunan pasir putih.

”Kawasan putih di atas itu Desa Bekerah,” kata Donny Aditra, kontributor televisi lokal Medan yang menemani Jawa Pos (Jabar Ekspres Group)  menjelajah zona merah di sekitar Sinabung.

Sinabung mulai menggeliat pada Agustus 2010. Ada asap dan abu vulkanis. Tapi, letusan besarnya baru terjadi September 2013 yang disertai hujan kerikil api.

Sampai sekarang gunung setinggi 2.451 meter di atas permukaan laut itu masih terus batuk. Otomatis ribuan warga di kawasan zona merah harus mengungsi meninggalkan kampung halaman.

Beberapa hari belakangan letusannya maksimal tiga kali sehari. Dengan semburan abu 500 hingga 1.000 meter ke angkasa. Kepulan asap cuma bisa dilihat maksimal 15 menit. Setelah itu ia tenang kembali. Menurut laporan BPBD dan posko pemantauan, saat ini kubah lava sudah terbentuk sekitar 2,2 juta meter kubik. ”Kalau sudah 2,7 atau 2,8 (meter kubik, Red), pasti muntah awan panas,” ucap Donny.

Tinggalkan Balasan