Dari hasil penelusuran itu, diketahui pula terdapat perubahan dari usulan Panitia Lambang Negara. Misalnya bentuk cakar. Awalnya seperti memberi, lalu diubah oleh Presiden Soekarno menjadi seperti saat ini. ”Kisah ini saya dapat dari sekretaris pribadi Sultan Hamid II,” ujarnya.
Karya tesis Nanang yang terkait dengan pembentukan Garuda Pancasila itu lantas dicetak menjadi buku berjudul Mencari Telur Garuda. Buku tersebut merupakan suplemen dari tesis tertulis karya Nanang. Sedangkan karya utamanya adalah sebuah video seni. ”Limbah bahan-bahan tesis itu yang kini menjadi koleksi Rumah Garuda,” terang Nanang.
Dalam buku pertamanya tersebut, Nanang mengkritisi rendahnya kepedulian negara untuk memberikan informasi kepada publik soal sejarah pembentukan Garuda Pancasila. Tapi, belakangan dia menemukan, ternyata ada buku inpres terbitan 1982 yang membahas perkara yang dikritiknya itu.
Baca Juga:Pilot Perempuan Uji Terbang N-219Dinas Kesehatan Klaim Imunisasi Capai 46 Persen
Karena itu, dia berencana mengeluarkan edisi revisi Mencari Telur Garuda. Itu bentuk permintaan maaf kepada negara.
Dalam buku revisinya yang direncanakan terbit bulan depan tersebut, Nanang juga ingin menyinggung sosok Dirk Ruhl Jr. Sebab, pria berkebangsaan Jerman itu turut berperan dalam pembuatan Garuda Pancasila.
Ruhl yang saat itu sudah berusia lanjut adalah sosok ahli simbol atau heraldis. Dialah yang diminta Presiden Soekarno untuk memberikan sentuhan akhir atas simbol garuda yang sudah dibuat Panitia Lambang Negara. Itu diketahui Nanang dari sebuah buku yang didapatkan pada 2015 dari seorang teman melalui perantaraan Facebook.
Seiring geliat dimasyarakatkannya lagi Pancasila belakangan, Nanang menilai itu sebagai sesuatu yang penting. Namun, dia mengingatkan, kampanye tersebut harus dilakukan sekreatif-kreatifnya agar bisa lebih sampai kepada anak-anak dan generasi muda.
Misalnya berbentuk audiovisual. Nanang sejauh ini juga sudah membuat tiga video bertema Garuda. Yakni Mencari Telur sang Garuda, Superhero Gardala, dan Jas Merah sang Garuda. ”Ada baiknya juga setiap provinsi memiliki Rumah Garuda,” ujarnya.
Tak cuma menyarankan, Nanang sudah turun tangan pula memelopori. Di antaranya dengan turut menginisiatori pendirian Rumah Garuda di Pati, Jawa Tengah, dan Mojokerto, Jawa Timur. ”Yang penting (di dalam Rumah Garuda, Red) dimasukkan sejarah pembentukan lambang negara. Daripada nunggu negara, urusannya sudah banyak.” (*/c11/ttg)
